Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan, kebutuhan air masyarakat setempat yaitu 900 liter per detik yang diperuntukkan bagi 200.000 jiwa masyarakat yang tinggal di sana. Sementara, kebutuhan yang baru dapat terpenuhi yakni 400 liter per detik.
“Di pulau kecil seperti Tarakan kebutuhan airnya tidak bisa mengandalkan air tanah karena terpengaruh air laut sehingga menjadi payau,” kata Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima, Sabtu (7/10/2017).
Ia menambahkan, curah hujan di Kota Tarakan terbilang cukup tinggi setiap tahun. Oleh karena itu, pembangunan embung dianggap sebagai opsi terbaik dalam menampung curah hujan.
Untuk Embung Rawasari, memiliki luas genangan 3,22 hektar dengan kapasitas tampung 112.000 meter kubik dan dibangun dengan anggaran Rp 68,44 miliar.
Embung juga dilengkapi jaringan perpipaan sepanjang 4 km, diameter 40 cm dan dilengkapi 2 unit pompa dengan debit pengambilan sebesar 100 liter per detik.
"Pengerjaan Embung Rawasari dikerjakan selama tiga tahap. Tahap I tahun 2016 dan saat ini sudah masuk tahap kedua dan targetnya akan selesai akhir 2018,” kata dia.
Sementara pembangunan Embung Indulung juga disertai pembangunan jaringan pipa air baku sepanjang 11 kilometer, 2 unit pompa, genset, pos jaga dan bangunan pelengkap lainnya untuk melayani kebutuhan air di tiga kelurahan yaitu Kelurahan Kampung, Kelurahan Pantai Amal dan Kelurahan Kampung Enam.
Total biaya pembangunan embung mencapai Rp 168 miliar dengan luas genangan sebesar 2,62 hektar dan kemampuan tampungan efektif mencapai 123.000 meter kubik.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/09/124116121/penuhi-kebutuhan-air-pemerintah-bangun-dua-embung-di-tarakan