Namun Ketua Umum Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII), Lea Aviliani Aziz menyayangkan, banyak seniman lokal yang lebih mementingkan ego mereka.
Dalam hal ini, banyak produk industri kreatif yang dihasilkan, bukan untuk memenuhi desain yang banyak diminati pasar di luar negeri.
“Sebetulnya orang Indonesia itu punya darah seni, cuma kurang diasah. Bagaimana mereka harus menciptakan desain yang lebih timeless dan internasional,” kata Lea saat pembukaan Index Mozaik Indonesia 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Kamis (5/10/2017).
Di samping desain, tantangan yang dihadapi dalam industri ini, menurt dia, yaitu belum adanya standarisasi yang ditentukan pemerintah dalam menghasilkan sebuah produk.
Padahal, dengan adanya kualitas yang sama antara produk satu dengan yang lain, justru akan mendorong minat masyarakat dalam membeli produk dalam negeri.
“Kami berharap, pemerintah samakan kualitas. Ketika tercapai, tentu kita akan gunakan produk kita sendiri,” ucap Lea.
Hal senada disampaikan Ketua Asosiasi Mebel Indonesia, Mugianto Sukadi Isman. Selain desain, pemilihan material dalam pembuatan produk juga perlu diperhatikan.
Lebih jauh, Mugianto juga mendorong agar para desainer dan produsen produk interior, dapat meningkatkan kolaborasi dengan pelaku usaha serupa dari luar negeri.
Tujuannya, untuk saling menukar pengalaman sekaligus menambah jaringan dalam memasarkan produk ke luar negeri
“Tentunya, semua yang terlibat dengan interior desain ini, akan menciptakan perkembangan di industri interior dan furnitur di Indonesia ini,” tutupnya.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/06/200000721/ini-tantangan-perkembangan-industri-interior-dalam-negeri