TANGERANG, KompasProperti - Berada di lempengan yang mudah bergerak, Jepang memaksa para warganya untuk selalu siap sedia terhadap bencana gempa bumi.
Tingginya kesadaran masyarakat di Negeri Matahari Terbit ini juga membuat mereka siaga terhadap ancaman, termasuk dalam membangun infrastruktur dan gedung-gedung tahan gempa.
Padahal, menurut Staf Ahli Menteri Energi, Sumber Daya, dan Mineral (ESDM) Surono, Indonesia juga tidak jauh lebih aman akan bencana jika dibandingkan dengan Jepang.
"Kota kita ini tidak dibangun berdasarkan potensi bencana. Di satu sisi, 12 gempa paling besar di dunia, 4 di antaranya terjadi di Indonesia," ujar Surono pada panel diskusi "Smart Security/Safety" Indonesia Future City (IFC), Selasa (19/9/2017).
Surono mengatakan, bencana mungkin tidak bisa ditebak atau diprediksi. Tetapi dengan adanya catatan sejarah, hal tersebut bisa menjadi acuan arah pembangunan yang siap terhadap bencana.
Berbagai bencana yang mengintai Indonesia ini antara lain gempa dan rawan longsor. Selama ini, Surono melihat penduduk banyak yang bermukim di daerah-daerah rawan tersebut.
"Di Banjarnegara, sejak 1955 itu sudah pernah terjadi longsor besar. Tapi, kenapa orang tidak mau pindah?" kata dia.
Menurut Surono, daerah-daerah rawan ini memang menarik untuk ditinggali. Ia mencontohkan daerah gunung berapi yang sangat subur.
Sementara daerah rawan longsor memiliki banyak mata air yang mengalir.
"Kalau bangun smart city itu juga harus dipikirkan, menyesatkan atau tidak potensi itu," jelas Surono.
https://properti.kompas.com/read/2017/09/20/071113521/bangun-kota-cerdas-harus-pertimbangkan-potensi-bencana