"Indonesia masih kurang penerapan beton pracetaknya. Kita harus bisa buktikan bahwa kita bisa melaksanakan sendiri dan tidak kalah saing," ujar Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I) Wilfred Singkali di acara Concrete Show 2017, JIExpo Kemayoran, Jakarta, (13/9/2017).
Wilfred mengatakan, beton pracetak merupakan masa depan industri konstruksi. Sebenarnya perkembangannya sudah dimulai sejak awal tahun 1980-an.
Namun saat itu, masih ada keraguan apakah beton pracetak bisa menjawab kebutuhan konstruksi.
Pertumbuhannya juga tidak terlalu cepat dibandingkan dengan pertumbuhan konstruksi. Pasalnya, pengadaan beton pracetak perlu investasi yang cukup besar.
"Kalau di konstruksi banyak kebutuhannya. Mungkin peralatan bisa sewa dan sebagainya, tetapi harus investasi juga. Kalau dalam 3 tahun peningkatannya kecil," jelas Wilfred.
Meski demikian, imbuh dia, bisnis beton pracetak memiliki peluang yang besar. Implementasi terbaru pembangunan infrastruktur dari beton pracetak adalah Simpang Susun Semanggi yang langsung dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
"Harapan dari pemerintah bahwa ke depan, pada 2020 pracetak sudah memegang peran 30 persen dari pembangunan sekarang," sebut Wilfred.
https://properti.kompas.com/read/2017/09/14/100309021/beton-pracetak-masa-depan-industri-konstruksi