Bahan bakunya adalah tanah liat. Lio, istilahnya, sebagaimana tertulis pada laman cikarang-biz.com.
Cikarang saat itu memang hanya bertumpu pada pembuatan bata secara tradisional. Namun, saat pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek sudah menyentuh kawasan itu, geliat Cikarang makin kentara meninggalkan tanah liat itu.
Harus diakui, jalan adalah urat nadi perekonomian. Lantaran pertimbangan itulah, Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada sekitar 1990-an menetapkan Kabupaten Bekasi menjadi daerah industri.
Jadilah, setelah penetapan itu, Cikarang terkena imbasnya, bertumbuh begitu pesat. Industri mengubah wajah Kabupaten Bekasi. Kabupaten Bekasi bahkan menjadi daerah dengan APBD terbesar di Jawa Barat, yakni mencapai Rp 5,2 triliun, tulis laman karawangbekasiekspres.com.
Menilik catatan Pemerintah Hindia Belanda pada 1887 setelah Batavia, pantura Jawa bagian barat dianggap sebagai perpanjangan penanaman modal asing tersebut. Titik utamanya adalah Lemah Abang, kini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi.
Ada tiga simpangan utama di Lemah Abang, tulis laman semboyan35.com. Ketiganya adalah pertemuan arus lalu lintas jalan negara dan provinsi dari Batavia, pantura, dan pantai selatan Jawa. Pelintasan itu menyertakan pula kawasan Cibarusah (kini menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi), Bogor, dan Cianjur.
Saat ini, kawasan industri di Cikarang merupakan kawasan industri yang potensial mengingat ada sekitar 3.000 pabrik yang berasal dari 30 negara berlokasi di kawasan tersebut.
Kawasan tersebut mampu menyumbang sebesar 34,46 persen penanaman modal asing (PMA) nasional, serta 22-45 persen volume ekspor nasional pada tahun 2008 dengan omzet mencapai 35 miliar dollar AS, dan 70 persen di antaranya untuk pasar ekspor.
Jika dibandingkan dengan Batam, Cikarang terbilang unggul. Pasalnya, dari laman bps.go.id diperoleh informasi bahwa Batam menyumbang rata-rata ekspor nasional di posisi 20 persen.
Cikarang ujung-ujungnya menjadi kawasan potensial hunian bagi para pekerja sekaligus kawasan yang bernilai ekonomis. Untuk mewujudkan lebih cepat hal itu, saat ini pemerintah membangun enam infrastruktur penting.
Berturut-turut adalah Patimban Deep Seaport yang nantinya akan membantu aktivitas ekspor dan impor di daerah tersebut. Lantaran merupakan pelabuhan dalam, kapal besar dapat langsung merapat dan tak lagi perlu melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Kedua, International Airport Kertajati. Keberadaan Kertajati ini tentu akan memudahkan lantaran pilihan bandara di kawasan tersebut menjadi lebih banyak.
Yang ketiga adalah kereta api cepat Jakarta-Bekasi-Cikarang-Bandung. Moda transportasi ini akan membuat lama perjalanan Jakarta Bandung hanya 39 menit.
Yang keempat dan kelima adalah Light Rail Transport (LRT) Cawang-Bekasi Timur-Cikarang dan Automated People Mover (monorel).
Infrastruktur keenam ialah Jakarta Cikampek Elevated Highway. Keenam infrastruktur tersebut diperkirakan akan selesai dibangun dua hingga tiga tahun mendatang.
Yang menarik, keenam infrastruktur itu menjadi pendukung bagi kota baru Meikarta yang tengah dibangun Lippo Group. Monorel akan dibangun di tengah Meikarta. Moda transportasi itu menjadi penyambung kawasan itu dengan daerah-daerah industri di Cikarang.
Megaproyek Meikarta adalah Jakarta baru yang menjadi harapan baru bagi Cikarang dan bahkan sekitarnya.
https://properti.kompas.com/read/2017/09/10/164900021/tanah-liat-awal-geliat-cikarang-