JAKARTA, KompasProperti - Kondisi trotoar di Jakarta, memang masih jauh dari kata laik dibandingkan dengan kota-kota besar di negara lain. Namun, hal tersebut tidak menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak berjalan kaki.
Awal pekan ini, New York Times menulis artikel terkait kondisi jalanan Jakarta yang tidak ramah bagi pejalan kaki.
Alasannya, banyak trotoar yang rusak, tidak mulus atau berlubang, kabel yang berserakan, hingga diserobotnya jalur pejalan kaki itu oleh pengguna kendaraan roda dua.
Bahkan, media asal Amerika itu menyematkan anekdot, kondisi sosial yang timbul di Jakarta, merupakan akibat dari kemalasan penduduk Ibu Kota itu sendiri. Benarkah demikian?
"Manusia Jakarta bisa kok disuruh jalan kaki," kata Founder @jktgoodguide Farid Ardhan dalam sebuah diskusi bertajuk Are You a Pedestrian? di Jakarta, Kamis (24/8/2017).
@jktgoodguide merupakan sebuah komunitas yang fokus memberikan pemahaman bagi turis, baik lokal maupun mancanegara, terkait nilai-nilai sejarah bangunan di Jakarta dengan berjalan kaki.
Farid mengatakan, lebih dari 60 persen peserta tur yang diselenggarakan @jktgoodguide merupakan warga DKI. Selain karena ingin mengetahui nilai sejarah dari setiap sudut kota Jakarta, keikutsertaan mereka juga didasari keinginan untuk berjalan.
"Bukan hanya ikut 1, 2 atau 3 rute saja, bahkan ada yang mau ikut sampai 13 rute. Dan ini bisa berkembang, dari jalan kaki untuk wisata, menjadi jalan kaki untuk kegiatan sehari-hari," kata dia.
Melihat kondisi trotoar yang demikian, bukanlah menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak berjalan kaki. Pasalnya, Pemerintah Provinsi (Pemptov) DKI sendiri juga memberikan perhatian khusus terhadap kondisi trotoar di Jakarta.
Selain memperbaiki kondisi trotoar yang ada, pemprov juga membangun boks utilitas yang berfungsi sebagai jalur kabel fiber optik. Ke depan diharapkan tidak ada lagi tiang-tiang yang menjadi jalur penghubung kabel komunikasi yang berdiri di atas trotoar.
"Tapi memang harus sabar, karena pembangunan boks utilitas ini tidak bisa bangun langsung mereka (tiang dan kabel) disuruh turun. Kita beri waktu enam bulan sampai setahun untuk mereka (perusahaan) mencabut tiang-tiang itu," kata Kepala Seksi Perencanaan Prasarana Jalan dan Utilitas Dina Bina Marga DKI Jakarta, Riri Asnita.
Riri menambahkan, anggaran yang diberikan kepada Dinas Bina Marga DKI Jakarta pada tahun ini, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2016. Kendati demikian, tidak semua anggaran itu diperuntukkan guna memperbaiki atau membangun trotoar.
Pemprov DKI Jakarta tengah memiliki skala prioritas untuk membangun transportasi massal terutama di kawasan yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Dengan demikian, mobilitas masyarakat dapat menjadi lebih mudah ke depannya.
https://properti.kompas.com/read/2017/08/25/110000221/benarkah-warga-jakarta-malas-jalan-kaki-