Saat itu, sumber air baku warga dari Waduk Manggar susut hingga kurang dari 4 meter. Ketinggian ini seharusnya elevasi endapan bagi waduk. Akibatnya, warga kesulitan mendapat air bersih.
Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi, menceritakan hal tersebut saat mengikuti seremoni pengisian awal (impounding) Bendungan Teritip di Desa Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan, Senin (31/7/2017).
Prosesi impounding juga dihadiri Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Imam Santoso.
"Kami pernah mengalami sampai ketinggian 4 meter di Waduk Manggar," kata Rizal.
Warga Kota Balikpapan bergantung pada suplai air dari waduk tadah hujan, Waduk Manggar, sejak 1980-an. Waduk dengan kapasitas 1.000 liter per detik ini berada di Kelurahan Manggar.
Seiring pertambahan kebutuhan air, Pemerintah Kota (Pemkot) menambah pasokan air baku dengan menggali 6 sumur dalam.
Produksi seluruh sumber air baku itu kini sekitar 1.200 liter per detik. Semuanya dikelola PDAM Tirta Manggar Balikpapan.
Sayangnya jumlah produksi seperti itu ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan hampir 97.000 pelanggan yang ada. Kebutuhan air warga kini telah mencapai 1.600 liter per detik.
"Kami sekarang masih defisit. Utamanya daerah timur dari Balikpapan," kata Direktur PDAM Balikpapan, Haidir Effendi.
Persoalan makin rumit ketika waduk yang ada juga dipengaruhi kondisi alam. Pada musim kemarau panjang, debit turun, pasokan berkurang.
Begitu pula dengan kualitas air yang sering kali buruk akibat sedimentasi dan bercampurnya humus akibat pembukaan lahan di sekeliling waduk. Bendungan Teritip pun jadi harapan.
“Kami harus menyelesaikan persoalan akses air keseluruhan ke masyarakat ini. Waduk ini untuk wilayah timur,” kata Rizal.
Bendungan seluas hampir 300 hektar yang dibangun di Desa Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur, ini sebenarnya serius digarap sejak 2003. Namun, awal pengerjaan fisiknya tidak berjalan semulus yang dikira.
Sejak 2007, pemerintah kota terkendala pembebasan lahan untuk tapak, dinding bendungan, daerah resapan, maupun hutan penyangganya. Bahkan persoalan pembebasan lahan belum seutuhnya kelar hingga kini.
PT Waskita Karya Tbk mengerjakan fisik bendungan mulai 2014 dan selesai di 2016. Pembangunan ini menelan biaya sekitar Rp 270 miliar, terdiri 178 hektar yang dibiayai APBN dan 122 hektar dengan biaya APBD Balikpapan.
“Kami dapat dukungan pembebasan lahan dari APBN. Ini luar biasa. Biasanya pembebasan lahan itu sepenuhnya ditanggung pemerintah daerah,” kata Rizal.
Peluang percepatan pembangunan muncul ketika keluhan Rizal ditanggapi Jokowi saat kunjungan ke Balikpapan di kwartal pertama 2016.
“Presiden saat itu tidak ada jadwal ke Teritip (kwartal pertama 2016). Tetapi tiba-tiba Presiden mau datang ke sini bersama Menteri PUPR saat itu,” kata Rizal.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini bahkan masih terus memberi perhatian di beberapa kedatangannya ke Balikpapan.
“Pada kunjungan 1 bulan lalu, Presiden menanyakan perkembangan Teritip. Saya katakan lancar, Pak. Kami bisa membuktikan pada Presiden bahwa sekarang sudah bisa kita isi,” kata Rizal.
2019 Beroperasi
Kementerian PUPR menargetkan produksi Bendungan Teritip memenuhi kebutuhan warga Kota Balikpapan pada tahun 2019.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan III Arief Rachman optimistis target terpenuhi.
“Dua tahun sejak pembangunan WTP di 2017. Dua tahun dari tahun ini maka sambungan ke warga selesai tahun 2019,” kata Arief.
Imam Santoso mengatakan, pembangunan Bendungan Teritip merupakan salah satu dari program pembangunan 65 bendungan di Indonesia. Teritip menjadi bagian dari 7 bendungan yang telah selesai pengerjaannya.
“(Waduk Teritip) ini bendungan yang sesuai dengan target, yakni dari 7 (yang selesai) inilah salah satu yang selesai,” kata Imam.
Bendungan ini diharapkan mampu memasok 200 liter per detik air baku. Jumlah itu sekaligus menambah produksi air bagi warga Balikpapan yang defisit selama ini.
Kendati nanti mendapat pasokan air dari bendungan, bukan berarti kebutuhan air di Balikpapan telah terpenuhi seluruhnya. Kebutuhan air bersih bagi Balikpapan akan terus bertambah. Kebutuhan air pada 2020 diproyeksi mencapai 2.000 liter per detik.
Dibayangi defisit air ini, pemerintah pun berupaya mendapatkan pasokan tambahan baik dari embung air maupun waduk yang lain. Pemerintah mengkaji wilayah sekitar Balikpapan maupun pihak swasta.
“Kalau sekarang kita sedang membangun embung Aji Raden (di Balikpapan). Kita juga sedang mengkaji yang dari Labakan yang jauhnya 90 kilometer dari sini,” kata Imam seraya menambahkan Bendung Aji Raden diharapkan bisa memasok 150 liter per detik.
2,4 juta kubik
Bendungan Teritip memiliki kapasitas tampung hingga 2,4 juta kubik. Dalam keadaan normal, nantinya elevasi air bisa mencapai ketinggian 8 meter dari ketinggian dindingnya yang 10,5 meter .
Pada tahap awal, menurut Imam, perlu waktu 3-4 bulan untuk mengisi waduk. Pengisian awal berguna untuk mengetahui kualitas bendungan saat diisi air, termasuk memastikan ada tidaknya kebocoran, dan ketahanan tanah di dalamnya.
“Mengisi bendungan itu perlu waktu, musim hujan yang paling cocok. Saat ini masih kering. Musim hujan nanti bisa penuh. Kita lakukan untuk mengamati kondisi,” kata Imam.
Bersama dengan pengisian air, juga dibangun instalasi pengelola air (IPA) bersih tak jauh dari waduk. IPA ini nantinya mengolah air dari Bendungan Teritip dan Embung Aji Raden.
https://properti.kompas.com/read/2017/08/01/153000421/dari-bendungan-teritip-balikpapan-berharap-bebas-krisis-air