Kesadaran lain juga muncul seiring potensi kenaikan pengeluaran sehingga Israel berniat menawarkan pembangunan infrastruktur kepada sektor swasta sebagai peluang baru.
Pemerintah pun mengumumkan pembentukan sebuah komite yang akan mengeluarkan rekomendasi mengenai belanja infrastruktur pada Desember mendatang.
Sebelumnya, salah lembaga ekonomi negara menghubungkan produktivitas kerja rendah dengan kesenjangan modal infrastruktur.
"Kami fokus pada apa yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas. Kami menyarankan ini saatnya pemerintah menginvestasikan modal transportasi, transportasi umum, jalan raya, terutama kereta api, bus, rute bus, dan lain-lain," ujar Kepala Institut Kebijakan Ekonomi Aaron Zvi Eckstein, yang menerbitkan penelitian tentang produktivitas.
Komite pemerintah mengikuti keputusan untuk memperbaiki transportasi umum di wilayah metropolitan negara tersebut.
Mantan Wakil Gubernur Bank Israel, Eckstein, mengatakan transportasi, termasuk jalan dan kereta api, umumnya menyumbang 70 persen investasi infrastruktur di negara maju.
"Untuk menutup kesenjangan infrastruktur dengan Amerika Serikat dan Eropa, Israel harus melipatgandakan tingkat belanja infrastruktur saat ini dari 1,8 persen menjadi mendekati 4 persen selama 15 tahun ke depan," kata Eckstein.
Itu bukan pemikiran aneh, imbuh dia, mengingat misalnya tingkat pengeluaran AS yang mencapai sekitar 3 persen.
Kekurangan belanja infrastruktur ini dinilai sebanyak 132 miliar-169 miliar dollar AS (Rp 1.760 triliun-Rp 2.253 triliun).
Kerja sama swasta
Hubungan dengan produktivitas sudah jelas. Menurut Eckstein, bagi AS, ada banyak penelitian dari para ekonom akademis yang menunjukkan bahwa dampak investasi antarnegara besar pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an merupakan salah sumber utama pertumbuhan yang sangat besar.
Studi ini merekomendasikan kemitraan publik-swasta, yakni public private partnership (PPP) atau kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Selain itu, ada pula skema build-operate-transfer (BOTs), untuk mencapai jumlah investasi infrastruktur yang dibutuhkan.
Namun Eckstein juga mengatakan, mengingat suku bunga rendah saat ini, investasi publik saja tidak menjadi pertanyaan.
"Kami melihat akan masuk akal untuk meningkatkan hutang, dengan mengambil pinjaman baik internasional maupun lokal. Dari perkiraan kami, dua kali lipat investasi akan meningkatkan tingkat pertumbuhan sebesar satu persen. Mengingat dengan meningkatkan hutang juga sebesar satu persen, hutang terhadap PDB akan tetap konstan," kata Eckstein.
Melibatkan sektor swasta memang tetap sangat mungkin terjadi. Ada banyak likuiditas antar-institusi seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi yang akan melonjak pada peluang investasi tersebut.
Eckstein menduga, investor asing juga akan menyambut baik peluang tersebut.
Banyak potensi
Sementara itu, Konsultan dari TASC, Tom Maurice mengatakan, pasar telah memperhatikan bahwa proyek baru mungkin akan berada di garis depan.
"Kita akan memiliki beberapa tahun yang sangat menarik di pasar infrastruktur di Israel. Ada banyak potensi di sini. Ada banyak proyek yang perlu diselesaikan," kata Maurice.
Dengan rekam jejak yang terbukti dari sektor swasta dalam memberikan proyek, menurut Maurice, ada banyak alasan untuk percaya bahwa investasi itu akan dilakukan melalui sektor swasta.
Semakin banyak sektor yang membuka investasi swasta, katanya. Bahkan militer sekarang menggunakan proyek tipe BOT untuk membangun basis baru.
Sektor lain di mana proyek swasta atau proyek publik-swasta memainkan bagiannya adalah jalan, rel ringan, desalinasi, produksi tenaga mandiri, energi terbarukan seperti tenaga angin, matahari dan tenaga surya termal, pelabuhan laut, perumahan sewa jangka panjang, gedung pemerintah, dan pengolahan limbah.
Banyak proyek melibatkan perusahaan dan investor Israel. Namun sejumlah besar proyek juga dilakukan dan kadang dioperasikan oleh perusahaan asing.
Perusahaan China, misalnya, membangun pelabuhan di Ashdod dan jalur kereta ringan di Tel Aviv.
Pada saat ini tingkat pengeluaran yang ada mencukupi likuiditas di Israel, kata Maurice, tapi itu bisa berubah.
"Tentunya jika ada dorongan besar dalam infrastruktur dan dorongan itu diharapkan berasal dari sektor swasta, melalui ekuitas dan hutang, maka pasar akan semakin tertarik untuk mendapatkan ekuitas dan hutang itu ke dalam negeri dari luar negeri," kata Maurice.
Kepastian birokrasi
Meski demikian, baik Maurice dan Eckstein memperingatkan peraturan tersebut dan birokrasi Israel dapat membuat hal-hal yang tidak pasti bagi investor.
"Pertanyaannya adalah seberapa cepat proyek dan investasi ini bisa masuk ke pasar dan memulai konstruksi seperti semula untuk melewati seluruh peraturan dan sistem perundang-undangan sebelum Anda dapat mulai membangun," kata Maurice.
Di sisi lain, Eckstein mengatakan, masalah dengan kemudahan berbisnis di Israel adalah sesuatu yang perlu ditangani sejajar dengan investasi di bidang infrastruktur. Aspek kuncinya adalah mengurangi beban birokrasi.
"Peringkat Israel dalam kemudahan melakukan bisnis oleh Bank Dunia berada di posisi 52 dan ini adalah bencana dan sebuah hal yang memalukan," kata Eckstein.
Rekomendasi terakhir yang termasuk dalam laporan Aaron Institute adalah menginvestasikan pendidikan profesional.
Eckstein menunjukkan, sementara sektor teknologi tinggi Israel mempekerjakan sepuluh persen dari angkatan kerja, 90 persen sisanya seringnya tidak terlatih, terutama yang tidak memiliki gelar akademis.
Berinvestasi di sekolah profesional merupakan langkah penting untuk mengatasi kesenjangan produktivitas, kata Eckstein.
https://properti.kompas.com/read/2017/07/27/110000521/israel-mulai-tergerak-investasi-infrastruktur-besar-besaran