JAKARTA, KompasProperti - Pasar Cinde yang berada di Kota Palembang, Sumatera Selatan, menurut rencana akan direnovasi dalam waktu dekat.
Sejumlah kalangan pun mengingatkan, agar renovasi pasar yang kini berstatus cagar budaya itu, tidak menghilangkan nilai-nilai yang menjadi ciri khasnya.
Setidaknya, ada empat hal yang membuat Pasar Cinde berbeda, untuk tidak dikatakan istimewa.
Pertama, arsitektur pasar yang dilengkapi dengan tiang-tiang yang ujungnya terdapat kolom cendawan.
"Itu adalah buah ide arsitek zaman dulu, (saat) Thomas Karsten mengembangkan konsep kolom cendawan," kata arsitek sekaligus pemerhati bangunan heritage, Asta Sastika kepada KompasProperti, Kamis (20/7/2017).
Kendati tidak ada bukti kuat bahwa Pasar Cinde dirancang Karsten, namun menurut dia, ada kesamaan gaya dalam pengaplikasian langgam arsitekturnya.
Kedua, tak hanya sekadar berfungsi sebagai pasar, Pasar Cinde merupakan tempat berkumpulnya seluruh kebudayaan yang ada di Palembang.
Asta menyebut, hampir seluruh etnis yang ada di kota tersebut bisa ditemui di Pasar Cinde, seperti China, Arab, Palembang, hingga Jawa.
Bila pada zaman dahulu, mereka secara eksklusif membentuk kelompok-kelompok, namun kini lebih berbaur.
"Nah di Pasar Cinde itu jadi satu, tidak ada pemisahan," ujarnya.
Dari kajian sosiologis, Asta menambahkan, seluruh orang Palembang akan merujuk ke Pasar Cinde bila berbicara atau ditanya orang lain terkait pasar yang khas di Ibu Kota Sumatera Selatan itu.
Terakhir, Pasar Cinde dikelilingi obyek situs sejarah Kota Palembang, yaitu kompleks pemakaman sultan pertama Palembang, Sultan Abd ar-Rahman yang berkuasa sejak tahun 1662-1702.
Peneliti dari Balai Arkeologi Sumatera Selatan Retno Purwanti bahkan menyebut, Pasar Cinde tak hanya layak disebut sebagai cagar budaya melainkan kawasan cagar budaya.
https://properti.kompas.com/read/2017/07/24/093000121/tahukah-anda-pasar-cinde-punya-4-ciri-khas-