Presiden Republik Inddonesia Joko Widodo (Jokowi) menangkap peluang sektor pariwisata sebagai salah satu industri andalan nasional untuk bisa mencapai target pertumbuhan ekonomi 6 persen hingga 7 persen.
Namun saat ini Indonesia masih didera kendala kurangnya infrastruktur, serta persepsi tentang keamanan dan keselamatan, sehingga menghambat tercapainya pertumbuhan ekonomi.
Dalam The Travel and Tourism Competitiveness Index 2015, Indonesia menduduki ranking 50, sudah lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang berada di peringkat 70. Namun ini masih belum cukup, karena potensi kita yang begitu besar.
Dengan menetapkan 10 destinasi prioritas, pemerintah sudah melansir target tinggi yang perlu dicermati terutama oleh para pembantunya di sektor pariwisata. Salah yang menjadi perhatian utama adalah Kawasan Pariwisata Strategis Nasional Danau Toba.
Dengan berkah alami kaldera purba plus tatanan kehidupan suku-suku bangsa dengan sejarah peninggalan tinggi, kawasan Danau Toba selalu menjadi intan yang belum terasah hingga kini.
Pasalnya, kawasan ini memiliki keterbatasan berupa carrying capacity, sehingga pembangunan dan eksploitasi berlebihan akan mengganggu kesinambungan, keseimbangan dan tata nilai setempat.
Jika menteri pariwisata Arif Yahya menargetkan satu juta wisatawan datang ke Toba pada akhir 2019, maka kita dapat berhitung sederhana.
Artinya jumlah itu sama dengan kira-kira 80.000 orang per bulan, atau kedatangan 2.800 per hari. Hal ini bisa berarti pula 8-10 pesawat badan sedang Boeing 737 per hari mendarat di sini.
Kondisi tersebut tentu akan mengubah bandar udara yang sepi dan terbatas saat ini, menjadi ramai dan padat di masa mendatang. Ini yang harus dipikirka, dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan setempat.
Pedoman Tata Ruang
Secara tata ruang, seluruh kawasan Danau Toba sudah diatur dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Danau dan sekitarnya melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2014.
Akhir minggu kemarin jajaran pimpinan negara hadir di kawasan Danau Toba, dalam rangka akselerasi pembangunan pariwisata. Namun, rupanya alur cerita mirip dengan apa yang disebut Samuel Beckett, "Menunggu Godot di Danau Toba". Kisah manis masih akan lama mampir di Danau Toba dan Pulau Samosir.
Mengapa demikian?
Ada beberapa hal terutama yang berkaitan dengan perencanaan di kawasan Toba. Seperti juga telah disampaikan Presiden, maka langkah pertama dan paling krusial adalah menyusun rencana Induk Pembangunan Kawasan Pariwisata Danau Toba untuk jangka waktu 25 tahun dari 2016 sampai 2024 dan pembangunan 5 tahunan Kawasan Pariwisata Danau.