Menurut riset JLL Asia Pasifik, keduanya menempati posisi teratas di seluruh kawasan Asia Pasifik sebagai kota dengan jumlah pasokan kamar baru terbanyak sepanjang 2015.
Macau yang tenar sebagai kota destinasi perjudian dunia telah membangun sebanyak 3.589 kamar hotel baru. Sedangkan pasokan kamar hotel baru Jakarta mencapai 3.537 unit.
Berbeda dengan Jakarta, Macau dikunjungi oleh setidaknya 30,7 juta wisatawan. Karena itu, tingkat hunian atau occupancy rate hotelnya rerata menembus angka 85,6 persen.
Sedangkan Jakarta, meski jumlah kunjungan meningkat 2,6 persen, namun masih kalah jauh dibanding Macau. Hanya 2,3 juta turis mancanegara yang datang ke ibu kota Indonesia ini.
Alhasil, tingkat hunian rerata pun hanya berkutat di angka 60,2 persen. Banyaknya pasokan kamar hotel baru juga memengaruhi kinerja tingkat hunian ini.
Sementara untuk segmen tarif rerata harian atau average daily rate (ADR), Macau mencatat 196 dollar AS dan pendapatan per kamar yang tersedia atau revenue per available room (RevPAR) 168 dollar AS.
Bandingkan dengan Jakarta yang mencatat 175 dollar AS untuk ADR, dan 105 dollar AS untuk RevPAR.
Di luar Jakarta dan Macau, merangsek di posisi ketiga Bali. Pulau Dewata ini dipenuhi 2.693 kamar hotel baru.
Penambahan ini membuat tingkat hunian berada pada level rerata 64,2 persen. ADR dan RevPAR hotel-hotel Bali tercatat sebesar 454 dollar AS dan 291 dollar AS.