JAKARTA, KOMPAS.com — Anda sedang cari rumah murah atau masuk kategori di bawah Rp 500 jutaan, bahkan yang harganya Rp 100 juta? Anda bisa berburu di 'Indonesia Property Expo 2016' yang digelar mulai Sabtu (13/2/2016) sampai Minggu (21/2/2016) di Jakarta Convention Center (JCC) hall A dan B.
Pameran tersebut dibuka oleh Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla. Tidak hanya menampilkan proyek properti mewah, pameran ini juga menghadirkan beberapa produk perumahan bersubsidi program pemerintah dengan harga jual mulai Rp 100 jutaan.
Bagi Anda yang berniat datang ke pameran tersebut dan berencana membeli rumah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Terutama bagi Anda yang akan membeli rumah untuk kali pertama.
"Ada tiga hal yang harus diperhatikan sebelum membeli rumah. Satu itu standar budget-nya berapa, dua lokasinya di mana, dan tiga legalitas rumah yang akan dibeli seperti apa," ujar Ketua DPP Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), Lukas Bong, kepada Kompas.com.
Budget atau dana dan lokasi menjadi dua hal yang saling memengaruhi satu sama lain. Semakin prestise lokasi sebuah rumah, maka semakin mahal harganya.
Maka dari itu, perlu ada cara strategis untuk bisa mendapatkan rumah impian dengan dana pas-pasan. Setidaknya ada dua cara untuk mengatasi kendala itu.
"Kalau anggaran yang ada pas-pasan, ya nggak harus beli rumah secara tunai. Pakai cicilan bertahap dari pengembang atau fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) ke bank," ungkap Lukas.
Lukas menambahkan, kedua cara itu paling memungkinkan dilakukan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pasalnya, kedua cara itu sama-sama menawarkan cicilan rumah dalam jangka waktu tertentu untuk tunai dan waktu lama untuk KPR.
Namun, menurut Lukas, cicilan bertahap melalui pengembang bisa dijadikan alternatif selain KPR ke bank.
Cicilan bertahap melalui pengembang, ia nilai lebih mudah ketimbang harus KPR lewat bank yang sering kali melewati serangkaian syarat yang rumit.
Namun demikian, sebelum memutuskan untuk memilih mencicil kepada pengembang, pelajari dulu rekam jejaknya.
Hal ini sangat penting agar konsumen tidak mudah dikibuli oleh pengembang. Kalaupun terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, konsumen akan dengan mudah meminta pertanggungjawaban pengembang.
Sebaliknya, pengembang dituntut untuk lebih inovatif dalam menarik minat konsumen calon pembeli rumah. Terlebih di tengah persaingan ketat dan ekonomi yang sedang melambat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.