Menurut Sanny, kehadiran kereta cepat ini akan berdampak pada kemudahan transportasi yang lebih ekonomis dan cepat bagi karyawan yang bekerja di kawasan-kawasan industri di sepanjang 142,3 kilometer rute Jakarta-Bandung.
"Kehadiran kereta cepat juga diharapkan dapat mengurangi beban biaya dan meningkatkan produktivitas kerja," ujar Sanny kepada Kompas.com, di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Lebih lanjut Sanny menuturkan, dampak lainnya adalah memberikan kepercayaan diri kepada para pengembang kawasan industri.
Pengembang kawasan industri akan dapat lebih meyakinkan investor untuk mendirikan dan membuka pabriknya di kawasan-kawasan industri yang dekat dengan stasiun-stasiun perhentian kereta cepat.
Beberapa anggota HKI, kata Sanny, sedang melakukan studi-studi kelayakan dan evaluasi bisnis terkait kehadiran kereta cepat Jakarta-Bandung.
Megaproyek infrastruktur transportasi ini dikembangkan oleh konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC), yang terdiri dari China Railway International Co Ltd (CRI) dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).
PSBI merupakan gabungan dari empat perusahaan pelat merah, yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero).
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membutuhkan dana 5,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 70 triliun.
Dari total nilai proyek tersebut, 75 persen pembiayaan berasal dari pinjaman China Development Bank.
Sebesar 25 persen sisanya merupakan patungan PSBI senilai 825 juta dolar AS atau setara dengan 60 saham konsorsium dan CRI 50 juta dolar AS atau 40 persen saham.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.