JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar penjualan rumah sekunder di Hongkong yang meningkat hingga dua persen pada minggu ini, tak terjadi di Jakarta. (Baca: Pasar Rumah Sekunder di Hongkong Meningkat)
Penjualan rumah sekunder di ibu kota Indonesia ini masih mengalami stagnansi sejak 2014. Salah satu faktor penyebabnya adalah harga rumah primer yang terlampau mahal.
Bahkan, harga jual rumah primer di beberapa wilayah Utara, Selatan, dan Pusat Jakarta, dianggap sudah tidak masuk akal.
"Diikuti beberapa di wilayah Timur dan Barat yang sedang mengalami kenaikan," kata Prinsipal LI Realty, Ali Hanafia, kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2016).
Untuk wilayah Pusat misalnya, lanjut Ali, harga rumah di Menteng pada 2012 sekitar Rp 30 juta-Rp 40 juta per meter persegi, kemudian tiba-tiba naik drastis jadi Rp 100 juta-Rp 125 juta per meter persegi pada 2013.
Krisis pada 2014 membuat harga rumah di Menteng terkoreksi pada angka Rp 80 juta per meter persegi.
"Rugi nggak itu? Nggak kan, karena tadinya harga jual cuma Rp 30 juta-Rp 40 juta," tambahnya.
Tumbuh 15-20 persen
Kendati demikian, Ali berharap pasar rumah sekunder dan sektor properti lainnya bisa meningkat sebesar 15-20 persen pada tahun ini dengan catatan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan Indonesia stabil.
Selain itu, regulasi-regulasi dan kebijakan paket ekonomi pemerintah diyakini mampu membangkitkan sektor properti tahun ini.
"Ini sudah terlihat dari pembangunan infrastruktur di seluruh Indonesia. Ini bisa jadi trigger-nya," sebut Ali.
Peningkatan itu diperkirakan akan terjadi dalam dua bulan ke depan atau tepatnya pada Maret 2016 nanti.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.