Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Rumah Murah Turun, Pemerintah Harus Jaga Pasar

Kompas.com - 08/09/2015, 10:00 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi perekonomian di Indonesia yang dinilai masih kurang stabil, dianggap sebagai penyebab tingkat penjualan rumah turun.

Menurut Ketua Lembaga Pengkajian Pengembangan Perumahan dan Perkotaan Indonesia (LPP3I) atau Housing Urban Development Institute Zulfi Syarif Koto, penurunan ini terjadi pada properti kelas atas dan bawah.

"Teman saya di Batam, setiap bulan yang biasanya jual rumah 30-40 unit per bulan, sekarang paling banyak 20 unit. Padahal harganya hanya Rp 100 jutaan," ungkap Zulfi kepada Kompas.com, Senin (7/9/2015).

Dia menuturkan, penurunan penjualan bisa mencapai 20 persen sampai 30 persen. Padahal, rumah Rp 100 juta tergolong rumah murah untuk masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Hal ini membuktikan, pelemahan ekonomi mulai berdampak pada sektor properti kelas bawah.

Meski begitu, bisnis properti dengan segmentasi ini masih bergerak. Pengembang dengan segmentasi masyarakat menengah ke bawah juga belum sampai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya. "Tapi tetap saja, perputaran uangnya kan kecil dibanding (menjual) rumah besar," imbuh Zulfi.

Penurunan ini, lanjut Zulfi, disebabkan masyarakat kelas bawah lebih mementingkan produk yang bersifat konsumsi seperti pangan dan sandang. Di daerah-daerah bahkan kesehatan masyarakat mulai terganggu akibat kekeringan dan kemarau panjang, sehingga mereka lebih memilih menahan uang tunai.

Masyarakat kelas bawah ini khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehingga sewaktu-waktu harus mengeluarkan uang dalam jumlah besar.

Dengan demikian, menurut dia, pemerintah harus menjaga pangsa pasar dengan rumah seharga Rp 200 juta ke bawah. Caranya, adalah mempermudah izin di daerah, menekan harga lahan dan bahan material. Pasar ini yang masih bisa menggerakkan sektor properti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com