Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Basuki: Stok Air Kedungombo Aman

Kompas.com - 12/08/2015, 20:16 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memastikan stok air di waduk Kedungombo, Jawa Tengah, dalam kondisi aman. Demikian halnya dengan waduk-waduk lainnya. Dari 91 waduk, hanya 15 waduk yang defisit atau ketinggian airnya kurang dari yang direncanakan.

Basuki menjelaskan, kondisi aktual ketinggian air di waduk Kedungombo mencapai 86,6 meter. Ini lebih tinggi dari perencanaan 83 meter. "Stok air saat ini sekitar 600 juta meter kubik, cukup untuk musim tanam (MT) 1, bulan September-Oktober 2015," ujar Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (12/8/2015).

Waduk yang pernah berada dalam kondisi kritis pada 2003 dengan ketinggian air 73 meter ini, dibangun untuk mengairi sekitar 61.000 hektar sawah di daerah Purwodadi dan sekitarnya. Saat ini, irigasi yang masuk dalam sistem Kedungombo, misalnya Bendung Klambu yang mengairi sekitrar 37.451 hektar sawah masih beroperasi normal.

"Masalah yang muncul adalah lahan yang berada di luar sistem Kedungombo, yaitu Bendung Dumpil yang menampung air dari Sungai Lusi," imbuh Basuki.

Untuk itu, menurut Basuki, perlu dibangun reservoir yaitu Embung Coyo dan Embung Tirto di daerah Sungai Lusi. Disamping membangun juga long storage di sekitar Bendung Dumpil dengan kapasitas sekitar 500.000 meter kubik.

Basuki berharap tahun ini sudah disosialisasikan kepada warga tentang pembangunan embung-embung itu dan pada tahun 2016 mulai dilakukan pembebasan lahan. Tanpa reservoir tersebut, kementerian PUPR tidak bisa melakukan apa–apa untuk mengatasi kekeringan.

Meski tidak khawatir dengan persediaan air di sebagian besar waduk, Basuki tetap mengingatkan agar masyarakat pandai memanfaatkan air. Pola tanam harus disesuaikan dengan kondisi air. Pada musim kering, pola tanam dipilih yang hemat air.

Untuk antisipasi kekeringan di masa depan, selain membangun infrastruktur waduk, Kementerian PUPR juga menekankan pentingnya edukasi ke pengguna air. Misalnya dengan pengaturan pola tanam, hemat pemakaian air, pengairan secara bergilir, dan menekan kebocoran. 


Sawah kering

Adanya usulan dari Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk membuat hujan buatan, Basuki meresponsnya untuk diarahkan dekat waduk, supaya airnya bisa ditampung di waduk. Pasalnya, Indonesia punya dua musim. Jika hujan, air berlimpah, sebaliknya pada musim airnya kering.

Selain memantau waduk Kedungombo, Basuki juga meninjau Waduk Logung di Kudus, salah satu dari 13 waduk yang dibangun tahun 2015 ini. Waduk Logung dirancang untuk pengairan daerah utara Jawa. Saat ini baru 5 persen progresnya. Rencananya, tahun tahun 2018 sudah berfungsi.

Dari pemantauan Kementerian PUPR, terhadap wilayah kekeringan sejak Mei 2015 sejumlah wilayah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari. Wilayah tersebut adalah Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dalam catatan BNPB, kekeringan telah melanda 12 provinsi, 77 kabupaten atau kota dan 526 kecamatan. Hingga Juli 2015, sekitar 111.000 hektar sawah mengalami kekeringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau