Menurut Amran, setiap musim kemarau, Indonesia memiliki lahan terdampak seluas 200.000 hektar setiap tahun. Kekeringan yang terjadi pada tahun 2015 ini tidak terlalu membawa dampak signifikan.
"Kekeringan padi tidak seluruhnya terjadi pada 14 juta hektar. (Luas lahan terdampak kekeringan di) Puso hanya 20.000 hektar," ujar Amran.
Walau begitu, Amran tidak menyebutkan berapa nilai kerugian dari gagal panen seluas 20.000 hektar ini. Di sisi lain, Amran mengakui, sampai Agustus, panen lahan pertanian sudah 76 persen atau di secara total seluas 11 juta hektar. Lahan yang sudah selesai panen ini tidak akan terdampak kekeringan lagi.
Sementara itu, hingga November-Desember, sebanyak 8 persen lahan sawah berpotensi panen. Angka ini masih dalam posisi aman jika dibandingkan dengan tahun 1998.
Adapun puncak kekeringan diperkirakan terjadi pada September-Oktober 2015. Seluas 15 persen lahan yang berpotensi kekeringan akan menjadi fokus Kementerian Pertanian agar puso tidak terjadi.
Kementerian Pertanian, lanjut Amran, sudah melakukan upaya tambahan sejak Januari 2015. Beberapa upaya yang dilakukan adalah menyiapkan pompa hingga 21.000 unit. Pompa ini akan didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Selain itu, pemerintah juga memperbaiki irigasi tersier terhadap 1,3 juta hektar dan upaya tambah tanam terhadap lahan-lahan seluas 24.000 hektar.