Data Survei Perkembangan Properti Komersial Bank Indonesia (BI) yang dilansir pada Rabu (13/5/2015), menunjukkan kontraksi tingkat penghunian perhotelan secara triwulanan sebesar 29,17 persen, sementara secara tahunan 25,74 persen.
"Hal itu disebabkan berakhirnya musim liburan akhir tahun, dan menurunnya kegiatan pertemuan (meeting) di hotel, terutama instansi pemerintah. Penurunan tingkat penghunian ini juga terjadi di beberapa kawasan regional lainnya," tulis BI.
Kondisi tersebut mengakibatkan tingkat penghunian hotel di kawasan Jabodebek berada pada level 54,04 persen dari total 4.092 kamar.
Sejalan dengan penurunan tingkat penghunian, tarif sewa hotel juga menunjukkan deflasi kecuali ruang konvensi atau convention hall yang justru tumbuh 9,80 persen secara triwulanan dan 0,83 persen secara tahunan.
Tarif sewa hotel anjlok sebesar 22,57 persen secara triwulanan menjadi rerata Rp 1,042 juta per malam. Sebelumnya, tarif sewa rerata mencapai Rp 1,346 juta per malam. Penurunan ini terpaksa ditempuh oleh pengelola perhotelan, sebagai salah satu strategi menggenjot tingkat penghunian di tengah terbatasnya permintaan.
Stagnan
Kontraksi tingkat hunian tidak hanya terjadi di sektor perhotelan, secara umum kinerja sektor lainnya juga tidak menunjukkan kinerja menggembirakan. Kecuali perkantoran dan pusat perbelanjaan (ritel) yang mengalami kenaikan.
Pasokan yang relatif stabil juga terjadi di beberapa wilayah regional kecuali untuk hotel terutama di Bandung dan Makassar yang meningkat sejalan dengan mulai beroperasinya beberapa hotel bintang tiga.
BI mengatakan, pasokan properti komersial jual di wilayah Jabodebek relatif stabil kecuali perkantoran dan kondominium yang meningkat masing-masing sebesar 5,25 persen menjadi 1.603.921, dan 10,55 persen secara tahunan menjadi 111.717 unit.
Demikian halnya segmen penjualan properti komersial khususnya ritel, kondominium, lahan industri, dan pergudangan yang meningkat dibanding trwiulan sebelumnya. Lahan industri mencatat kenaikan penjualan tertinggi sejalan dengan melambungnya permintaan di tengah pasokan yang stabil yaitu 13,57 persen secara triwulanan, dan 15,18 persen secara tahunan.
Sementara harga jual kondominium justru menurun baik secara triwulanan sebesar 9,29 persen maupun tahunan yang minus 7,40 persen menjadi Rp 21,571 juta per meter persegi. Sebelumnya harga jual kondominium sebesar Rp Rp 23,781 juta per meter persegi. Turunnya harga jual kondominium terutama didorong kinerja apartemen kelas bawah di wilayah Bodebek.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.