Presiden International Academy of CIO dari Waseda University, Prof Dr Toshio Obi, mengungkapkan transformasi kota metropolitan berpopulasi 35 juta jiwa tersebut kepada Kompas.com, usai pembukaan Asia Africa Smart City Summit (AASCS) 2015, di Bandung, Rabu (22/4/2015).
Menurut Obi, hal paling fundamental untuk mengembangkan kota cerdas ada pada mindset atau paradigma berpikir masyarakatnya. Jika paradigmanya berubah, untuk mengimplementasikan konsep kota cerdas menjadi sangat mudah.
"Tokyo mulai benar-benar merintis memajukan dirinya menjadi kota dengan pengelolaan efektif, dan efisien pada tahun 1980. Kami membangun mental, cara berpikir, dan juga bagaimana menghasilkan sebuah konsep perkotaa lengkap dengan eksekusinya," papar Obi.
Setelah pengembangan piranti lunak berupa mindset tadi, kisah Obi, barulah pemerintah kota Tokyo mulai merencanakan pembangunan mendasar yakni infrastruktur, transportasi publik, kesehatan masyarakat, pendidikan, pembenahan zonasi kawasan, dan juga kualitas hidup yang lebih baik dengan mengejar pertumbuhan ekonomi positif.
"Kami sudah berpikir lama mengenai akan meledaknya jumlah populasi dunia. Kalau konsep kota cerdas tidak dirintis, dan dimulai dari sekarang, itu hanya onggokan kata-kata tak bermakna," ujar Obi.
Di Tokyo, imbuh Obi, masyarakat bisa kemana pun dengan menggunakan subway. Sangat nyaman dan rutenya banyak. Subway ini juga bisa mengurangi polusi dan masyarakat senang menggunakannya.
"Jakarta sudah mulai mengembangkan mass rapid transit (MRT). Namun yang paling cocok adalah subway. Itu harus dilakukan, mau tidak mau. Karena subway ini diharapkan dapat menampung banyak penumpang. Tarifnya relatif murah, namun beban angkutannya banyak," imbuh Obi.
"Bandung inspiration"
Lebih jauh Obi memberikan apresiasi terhadap perkembangan Kota Bandung aktual. Menurut dia, Bandung di bawah Ridwan Kamil, adalah Bandung yang menginspirasi. Kota ini sudah melangkah lebih jauh, lebih siap, dan punya potensi lebih besar untuk menjadi hanya sekadar kota cerdas.
"Bandung bisa menjadi kota cerdas level dunia. Saya sangat mendukung kebijakan Ridwan Kamil. Oleh karena itu saya usulkan di forum-forum besar seperti ini, harus ada kelanjutannya yakni World Smart City Summit," kata Obi.
Virus teknologi tidak bisa dinafikan, mengingat semua kebutuhan manusia bisa dipenuhi dengan memanfaatkannya. Teknologi, lanjut Obi, adalah tools untuk mengurai kemacetan, mengurangi banjir, membuat kebijakan publik, mengentaskan angka kemiskinan, dan menggenjot perekonomian Nasional.
"Belajar dari Tokyo, dasar dari kesuksesan membangun kota cerdas adalah open minded, membuka pikiran seluas-luasnya," tutup Obi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.