Untuk mencegah penggundulan hutan semakin meluas, pasar membutuhkan pilihan lain yang tidak kalah dengan material kayu, yaitu bambu. Material ini ramah lingkungan karena untuk menumbuhkan bambu, hanya perlu waktu sekitar 3-5 tahun.
Tak hanya itu, bambu juga dapat tumbuh di berbagai kondisi lahan. Oleh karena itu, produksinya menjadi lebih murah. Struktur bambu pun tidak kalah kuat dibandingkan kayu.
Kendala pemakaian dan pembentukan bambu menjadi balok, kolom atau papan, juga sudah bisa diatasi melalui teknik laminasi.
Teknik ini memungkinkan beberapa elemen bambu digabungkan menjadi satu kesatuan. Sebelumnya, bambu harus dibelah dengan ketebalan 2,5 sentimeter-3,5 sentimeter. Kemudian, bambu direndam dalam larutan pengawet, impralit, dengan kadar lima persen selama lima hari. Setelah itu, bambu yang telah direndam tersebut dijemur sampai kadar airnya mencapai 15 persen.
Langkah selanjutnya, bambu diserut agar antar-bilah bambu memiliki ketebalan yang sama. Bilah-bilah bambu ini kemudian direkatkan dengan polymer adhesive 10 persen. Setelah itu diikat dan ditempa agar saling mengikat satu sama lain sebelum dikeringkan selama 2 jam.
Serbaguna
Material bambu ini bisa digunakan sebagai balok, tiang, lantai, dan dinding. Daya kokohnya tak kalah dengan kayu dan beton. Bahkan, bambu telah teruji ebagai material bangunan yang kuat lentur, tarik, serta kuat geser untuk interior atau eksterior.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Pengembangan Teknologi Perumahan Tradisional Denpasar, Puslitbang Permukiman, telah menguji daya kuat dan memproduksi bambu laminasi.
Mereka memanfaatkan bambu yang tumbuh di daerah-daerah dengan potensi bambu tinggi. Sejauh ini, bambu laminasi telah diterapkan di Desa Undisan Bali, Kantor Dinas PU Provinsi Nusa Tenggara Barat, Desa Sambori Bima, Desa Tradisional Sade Lombok Barat dan Kampung Bena dan Wogo Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.