JAKARTA, KOMPAS.com — Klaim Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terhadap pemadaman listrik rumah pompa air, khususnya di Waduk Pluit, sehingga tidak berfungsi dan menyebabkan banjir Jakarta, khususnya Istana Negara, dinilai sebagai alasan yang tidak logis.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Puput TD Putra mengatakan, tidak berfungsinya pompa air di Waduk Pluit bukan faktor utama terjadinya banjir. Pasalnya, tata ruang di Jakarta sudah begitu parah sehingga tidak ada lagi lahan resapan yang menahan luapan air.
"Alasan matinya listrik di rumah pompa Waduk Pluit itu tidak logis. Seharusnya sudah dari jauh hari Pemprov mengantisipasi bila listrik mati. Pemprov kan bisa mempersiapkan genset listrik kalau mendadak pasokan listrik terganggu," ujar Puput ketika diwawancarai Kompas.com, Jumat (13/2/2015).
Menurut Puput, perencanaan Pemprov DKI Jakarta yang tidak matang menyebabkan operasional penanggulangan banjir menjadi terganggu. Padahal, Jakarta merupakan daerah yang rawan banjir.
"Faktanya, perencanaan (penanggulangan banjir) ini tidak matang, terbukti dengan matinya pasokan listrik dan terganggunya pompa air. Pemerintah harusnya mempersiapkan alternatif energi listrik. Yang harus dipahami, karakteristik Jakarta ini berada di dataran rendah. Banyak daerah di Jakarta yang merupakan lahan resapan air sudah beralih fungsi jadi perumahan elite," lanjut Puput.
Puput mengambil contoh proyek reklamasi di Teluk Jakarta. Adanya pengerukan tanah di wilayah tersebut mengakibatkan air laut naik sehingga menyebabkan aliran air sungai terhambat serta menyebabkan terjadinya pengendapan lumpur.
"Dampak reklamasi menyebabkan banjir di wilayah utara Jakarta. Pengerukan dalam proyek reklamasi membuat air laut naik sehingga aliran sungai terhambat. Sungai juga mengalami pengendapan lumpur yang akhirnya mendangkalkan. Di wilayah Pusat Listrik Gas Uap (PLGU) Tanjung Priok dan Muara Karang juga terjadi penimbunan sehingga mengganggu air untuk suplai PLGU," tandas Puput.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.