Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Investasi Ruko di Kawasan Ini...

Kompas.com - 21/01/2015, 09:06 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk saat ini, membangun dan berinvestasi rumah toko (ruko) bukan keputusan bijak. Terlebih di lokasi-lokasi yang sudah mapan dengan harga jual tinggi. Pasalnya, potensi pertumbuhan harga sudah kian menipis, demikian pula dengan aktivitas transaksi di pasar sekunder.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), Panangian Simanungkalit, mengutarakan hal tersebut terkait prospek bisnis properti tahun 2015 kepada Kompas.com, Senin (19/1/2015).

"Ruko di kawasan-kawasan favorit seperti Kelapa Gading (Jakarta Utara), Serpong (Tangerang Selatan), Puri Indah (Jakarta Barat), dan Pondok Indah (Jakarta Selatan) bakal mengalami stagnasi. Harganya sudah terlalu tinggi, rerata mencapai di atas Rp 2 miliar," tutur Panangian.

Kalau sudah terlalu tinggi, tambah dia, potensi pertumbuhan harganya jadi menipis. Sedikit peluang untuk menaikkan harga jual di atas sepuluh persen. Karena calon pembeli baik di pasar primer maupun sekunder akan berpikir ulang dan menyesuaikan kembali dengan bisnisnya.

"Apakah feasible membeli ruko seharga Rp 2 miliar, bahkan Rp 38 miliar kalau bisnisnya hanya salon kecantikan atau makanan. Kalau bisnisnya dealer mobil mewah masih masuk akal," tandas Panangian.

Dia melanjutkan, kalau harga ruko sudah menembus angka Rp 2 miliar ke atas, itu sudah tidak feasible. "Dan saya tegaskan tidak akan laku. Contohnya ruko di St Moritz Puri Indah, Lippo mengalami kesulitan menjualnya karena pasar tidak sanggup menyerapnya," terang Panangian.

Sebaliknya, ruko yang dibangun di kawasan perumahan baru berkembang punya prospek lebih cerah. Menurut Panangian, pada dasarnya ruko akan mengikuti arah pengembangan perumahan.

"Di mana perumahan dibangun, di situ pasti ada ruko. Nah, ruko-ruko yang menempel dengan perumahan barulah yang punya prospek cerah tahun ini," ujar Panangian.

Demikian halnya dengan rumah-rumah bandar (townhouse) di Kemang dan Pondok Indah, Jakarta Selatan, akan mengalami nasib serupa yakni mandek dalam penjualan. Townhouse memiliki pesaing apartemen kelas atas baik strata maupun servis.

"Ekspatriat yang bekerja di koridor TB Simatupang, sudah mulai berpaling ke apartemen. Mereka mempertimbangkan faktor keamanan, privasi, dan praktis," pungkas dia.

Catatan Colliers International Indonesia menyebutkan tidak ada perubahan signifikan dalam tingkat serapan townhouse selama semester II 2014. Pasalnya para ekspatriat mulai diawasi secara ketat oleh pihak imigrasi dengan menerapkan batasan usia pekerja.

Permintaan, lajut Colliers, massih berasal dari perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan minyak dan gas bumi. Itu pun mengalami perlambatan karena menunggu akselerasi pertumbuhan ekonomi kembali seperti semula.

Kendati melambat, namun harga sewa rumah bandar diperkirakan mengalami kenaikan sepuluh hingga 15 persen atau 300 dollar AS (Rp 3,7 juta)-400 dollar AS (Rp 5,01 juta) lebih tinggi  dibanding 2014 lalu.

Contohnya, rumah dengan tiga kamar tidur di kawasan Kemang disewakan dengan harga 5.000 dollar AS atau Rp 62,7 juta hingga 15.000 dollar AS (Rp 188,2 juta) per unit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau