Perlakuan tersebut juga perlu diberikan pada dekorasi kamar. Seorang desainer interior harus berhenti menggambarkan ruang dengan istilah gender.
Caranya mudah. Mulai sekarang, blogger, editor, ataupun penulis desain interior jangan lagi mengetikkan kata-kata sifat seperti "maskulin", "jantan", "anggun", atau "girly", ketika menggambarkan suatu ruang. Berhentilah menggunakan kata-kata yang merujuk pada gender tertentu untuk furnitur atau interior!
Penggunaan kata-kata "maskulin" dan "feminin" untuk menggambarkan ruang akan memberi pengaruh besar terhadap pelajaran pertama yang anak-anak dapatkan, yaitu perbedaan antara apa yang dilakukan oleh anak laki-laki dan perempuan. Ini memang menjadi salah satu bagian dari budaya.
Penting untuk dicatat, bahwa kini feminitas dianggap sebagai ketergantungan. Dalam desain interior, ruangan feminin diterjemahkan pada suatu tempat yang memiliki bunga segar, gelas bertangkai, dan tempat tidur dengan renda. Sebaliknya, jika pemilik ruangan adalah seorang laki-laki, ia pantang menyimpan barang-barang bermotif renda, karena dianggap hanya ada di ruangan feminin.
Tak hanya itu. Jika arsitektur kasar dan sederhana, biasanya akan lantas dideskripsikan sebagai maskulinitas sehingga dekorasi yang feminin menjadi terbatas hanya berkenaan dengan bunga-bunga dan warna-warna tertentu. Bukankah membosankan jika dekorasi terbatas seperti itu?
Siapa yang ingin hidup di dunia dengan banyak batasan? Karena itulah, mulai dari sekarang Anda perlu berkreasi tanpa terpaut tudingan feminin atau maskulin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.