Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siti dan Nasib Hidup di Rusun yang Minim Fasilitas

Kompas.com - 20/09/2014, 11:35 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

KOMPAS.com - Siti Khodijah (63) hidup dengan nasib pas-pasan di Rumah Susun Sewa (rusunawa) Marunda. Hidupnya hanya bergantung dari penjualan mie ayam di rusun itu.

Tinggal selama 1 tahun di Blok C1 rusunawa itu, Siti mengaku tidak mendapatkan fasilitas yang memadai seperti di rusun Blok B. Ia mengaku hanya mendapatkan fasilitas seadanya. Meski begitu, dirinya tetap memilih tinggal di unitnya yang sekarang.

"Dulu, pertama kali ke sini, belum ada angkot yang ke sana (Blok B), enggak seperti sekarang," tutur Siti kepada Kompas.com, di Rusunawa Marunda, Jakarta Utara, Jumat (19/9/2014).

Siti mengaku, setelah rumahnya di Penjaringan, Jakarta Utara, diterpa banjir, dirinya sempat mendapatkan satu unit di rusun Blok B. Namun, ia memilih tinggal di Blok C lantaran sulitnya akses kendaraan umum ke tempat itu.

Dia menyebutkan, fasilitas yang didapatkannya saat mengisi unitnya ini hanya sebuah dispenser air mineral, kipas angin, dan regulator gas. Hal itu berbeda dengan fasilitas di rusun Blok B yang dilengkapi furnitur, televisi, serta kulkas. Padahal, jumlah yang dibayarkan untuk menyewa unit di kedua blok itu hampir sama, yakni sekitar Rp 150 sampai Rp 200 ribu per bulannya. Bedanya, pada rusun blok C, biaya pemakaian air dipukul rata dengan semua penghuninya, sedangkan di Blok B pembayaran airnya tergantung pemakaian.

Saat ini, Siti mengaku tak bisa lagi pindah ke rusun Blok B. Seluruh unit tersebut telah terisi, baik oleh penghuni umum maupun penghuni bersubsidi.

Siti menuturkan, untuk menyambung hidupnya dia berjualan mie ayam di lingkungan rusun Blok C. Namun, dagangannya tidak selaris saat ia masih berjualan di tempat tinggal asalnya.

"Saya sudah berjualan sejak 1992, tapi baru kali ini dagangan enggak laku seperti ini. Seharian ini baru dapat penglaris dua mangkok," katanya.

Dulu, Siti melanjutkan, saat masih berjualan di kawasan Penjaringan, ia mampu menjual mie ayam hampir setengah kilo dalam satu hari. Dia memperkirakan, hal itu disebabkan karena penghuni rusunawa Blok C lebih banyak berbelanja kebutuhan sehari-hari, misalnya sabun, sampo, atau deterjen.

"Jarang yang jajan di sini. Mungkin, karena tempatnya juga kumuh. Jadi, orang pikirnya jorok," ucapnya.

Siti berjualan di basement rusun Blok C. Gerobaknya bersebelahan dengan toko kelontong. Pantauan Kompas.com, di lantai bawah tersebut begitu kotor oleh sawang atau kotoran yang melekat di langit-langit. Selain itu, di sekitar rusun juga penuh oleh serakan sampah. Kondisi itu sangat berbeda dengan lingkungan Blok B yang jauh lebih terawat dan lebih ramai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau