Associate Director for Consultancy and Research Knight Frank Indonesia, Hasan Pamudji, mengatakan hal tersebut kepada Kompas.com, terkait pasar properti Indonesia dan Asia yang mulai kehilangan momentum, Jumat (19/9/2014).
Menurut Hasan, dua faktor tersebut di atas menggenapi beberapa faktor lainnya yang membuat pasar properti Indonesia belum akan pulih hingga 2014 berakhir.
"Faktor-faktor krusial lainnya yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan pasar properti, terutama subsektor hunian, adalah suku bunga KPR yang tinggi, kebijakan pendinginan (cooling measuring), termasuk pengetatan kredit, lambatnya pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, Pemilihan Umum dan pembentukan kabinet, serta tingkat inflasi," papar Hasan.
Jadi, lanjut Hasan, wajar bila kemudian pasar perumahan pada kuartal kedua 2014 mencatat kinerja pertumbuhan harga lebih rendah ketimbang kuartal sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu.
Sebagai informasi, harga properti residensial di 14 kota besar mengalami kenaikan hanya 0,74%. Pencapaian tersebut lebih rendah ketimbang periode yang sama tahun lalu, yang berada pada level pertumbuhan 6,06%.
"Penurunan tersebut masih stabil. Momentumnya masih ada, presiden baru sudah terpilih. Hanya memang butuh waktu buat pasar untuk menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi seperti ini. Belum lagi ada momentum liburan akhir tahun," imbuh Hasan.
Kata Hasa, reaksi pasar akan terlihat pada awal tahun 2015. Sentimennya kemungkinan positif. Pasalnya, properti masih dianggap sebagai instrumen investasi menarik, menjanjikan, dan aman.