Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lihatlah, Olimpiade Yunani 2004 Hanya Menyisakan Kebusukan...

Kompas.com - 14/08/2014, 13:58 WIB
Latief

Penulis

Sumber Dailymail
KOMPAS.com — Sebagai bagian dari megaproyek bernilai 7 miliar euro atau setara Rp 109 triliun lebih, arena Olimpiade Athena merupakan rumah bagi jutaan penonton, atlet, serta ofisial selama olimpiade di Yunani pada 2004. Kini, sepuluh tahun kemudian, arena olahraga megah itu kosong dan terbengkalai.

Arena olahraga itu kosong, benar-benar tidak terpakai dan dibiarkan membusuk. Penyelenggaraan olahraga dengan biaya hampir dua kali anggaran dari yang diproyeksikan dan siap digunakan secara permanen itu pada saat tersebut memang dianggap sukses. Namun, Yunani telah lama dilanda krisis keuangan global. Dengan tidak adanya rencana pasca-olimpiade itu, tempat bergengsi ini pun ditinggalkan.

Saat ini, arena kano dan pusat olahraga air tampak benar-benar kering. Sebuah taman dan area teater, tempat para pejabat olimpiade menanam pohon zaitun sebagai simbol peninggalan untuk anak cucu generasi mendatang, hanya menjadi salah satu bukti bahwa Pemerintah Yunani tak mampu untuk berinvestasi di tengah krisis ekonomi.

www.dailymail.co.uk Saat ini, arena kano dan pusat olahraga air pusat tampak benar-benar kering.
Setelah simbol kemegahan, tempat tersebut kini menjadi "simbol limbah" yang meninggalkan warisan berupa stasiun kereta api bawah tanah, bandara, serta infrastruktur vital lainnya yang secara signifikan meningkatkan kehidupan sehari-hari di kota tempat negara itu. Semua ini demi tujuan pesta olahraga dunia, yang dibangun secara terburu-buru untuk memenuhi tenggat waktu dan tanpa disertai pemikiran akan digunakan hingga pasca-olimpiade.

Namun, Yunani bertekuk lutut pada depresi ekonomi yang kejam, terhitung sejak 13 Agustus 2004. Arena olahraga megah ini jadi semacam proyek terlalu ambisius dalam kondisi ekonomi yang lemah. Di sisi lain, para ekonom malah setuju, meski kemudian era pasca-olimpiade dipandang sebagai dekade yang hilang, termasuk kegagalan untuk secara signifikan meningkatkan budaya olahraga di negara itu.

Boleh jadi, ini adalah pelajaran yang dapat diambil oleh Brasil untuk membayar mahal upaya negara itu dalam menyelesaikan proyek-proyek menjelang Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro nanti.

"Kami tidak mengambil keuntungan dari dinamika yang kami punya pada 2004 ini," kata mantan juara angkat besi olimpiade, Pyrros Dimas.

www.dailymail.co.uk Perkiraan terbaru Pemerintah Yunani menetapkan biaya akhir dari penyelenggaraan olimpiade itu mencapai 8 miliar euro atau sekitar Rp 124 triliun lebih. Ini mungkin dua kali lipat anggaran aslinya.
Dimas adalah pahlawan olahraga Yunani. Ia kini banting setir menjadi seorang anggota parlemen sosialis.

"Kami membuat kesalahan terbesar dalam sejarah kami. Stadion ini dimatikan, dibiarkan hancur, dan semuanya selesai di sini," kata Dimas.

"Kami menghabiskan banyak uang untuk beberapa proyek dan kemudian membusuk. Ada proyek yang harus dibiayai hingga 3 juta euro dan tiba-tiba berubah menjadi begitu besar hingga 14 juta euro. Tak ada kontrol," lanjutnya.

Perkiraan terbaru Pemerintah Yunani menetapkan biaya akhir dari penyelenggaraan olimpiade itu mencapai 8 miliar euro atau Rp 124 triliun lebih. Ini mungkin setara dua kali lipat anggaran aslinya.

www.dailymail.co.uk Arena bulutangkis, tenis meja, senam, dan pusat voli pantai telah jarang digunakan dan baru-baru ini bahkan telah dijarah orang. Kebanyakan tempat itu pada akhirnya digembok.
Malu

Andrew Zimbalist, seorang ekonom AS yang mempelajari dampak finansial dari pesta olahraga besar, mengatakan, pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa tuan rumah olimpiade umumnya tidak mempromosikan pembangunan ekonomi mereka.

"Itu adalah pengalaman sekilas, bukan sesuatu yang kekal. Mengapa Athena tidak diinvestasikan," ujarnya.

Di Yunani, setelah pesta akbar itu, sebagian besar tempat olahraga tersebut kini tidak terpakai. Arena bulu tangkis, tenis meja, senam, dan pusat voli pantai telah jarang digunakan, dan baru-baru ini bahkan telah dijarah orang. Kebanyakan tempat itu pada akhirnya digembok. Semuanya dibiarkan membusuk.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau