Produksi listrik dari tenaga matahari negara itu meningkat 28 persen, sementara angin mengingkat 19 persen, dan biomassa meningkat 7 persen dari produksi tahun lalu. Sementara itu, laporan yang sama juga menyebutkan bahwa selain tenaga nuklir, produksi sumber listrik konvensional lainnya menurun.
Menanggapi data ini, ahli industri energi terbarukan pada badan perdagangan luar negeri dan badan promosi investasi Jerman, Germany Trade & Invest, Max Hildebrandt, mengungkapkan bahwa hal tersebut merupakan bukti kesuksesan Jerman.
"Catatan berulang untuk energi terbarukan di Jerman menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dari undang-undang EEG Jerman," ujar Hildebrandt.
Namun, seperti dikutip dalam Inhabitat, pencapaian Jerman itu masih dibayang-bayangi oleh tingginya penggunaan batubara. Pada semester pertama 2014 ini, batu bara muda sudah memproduksi 69,7 TWh, batubata keras memproduksi 50,9 TWh, dan energi nuklir sudah memperoduksi 45,0 TWh.
Memang, upaya menekan angka itu sudah cukup terlihat. Eropa dan seluruh dunia diharapkan bisa mengikuti jejak Jerman, tak terkecuali Indonesia.
Indonesia, meski belum membukukan hasil luar biasa, sudah mulai berancang-ancang dalam memproduksi dan menggunakan listrik dari sumber daya terbarukan. Kementerian Pekerjaan Umum sudah menargetkan, pada 2025 mendatang konsumsi energi tidak terbarukan di Indonesia bisa ditekan jumlahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.