Menteri Pembangunan Perkotaan M Venkaiah Naidu mengatakan proyek 100 kota pintar tersebut masih dalam tahap konseptualisasi dan rincian. Diskusi dengan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah negara bagian, sedang gencar dilakukan.
"Kota-kota yang belum diidentifikasi, akan dikonversi menjadi smart cities. Kota pintar menawarkan peluang pendidikan, pekerjaan dan hiburan yang sebagian besar terkonsentrasi di pusat-pusat perkotaan dan semi-perkotaan dan ketiga faktor ini memaksa semakin banyak orang meninggalkan daerah pedesaan dan bermigrasi ke kota-kota besar. Dengan konsep kota pintar migrasi tidak akan terjadi lagi," papar Naidu.
Naidu mengatakan jumlah populasi India yang bermigrasi urban dari desa ke kota pada 2026 mendatang diproyeksikan bertambah 38,2 persen. Per tahun 2001 saja penduduk negeri ini sudah mencapai jumlah lebih dari 1,2 miliar jiwa dengan pertambahan migrasi 27,8 persen. Sedangkan pada 2011, pertumbuhan migrasi menembus angka 31,6 persen.
"Tingginya jumlah populasi ini memaksa kami menciptakan peluang-peluang kota pintar yang dapat mengakomodasi kebutuhan penduduk. Sehingga jumlah populasi tidak dipandang sebagai kendala," tambah Naidu.
India bukan satu-satunya negara yang bermasalah dengan densitas populasi dan urbanisasi. World Urbanization Prospectus mengungkapkan, ada empat negara lainnya yang punya masalah serupa, yakni Tiongkok dengan pertumbuhan migrasi 50,6 persen, Indonesia 50,7 persen, Afrika Selatan 62 persen dan Brasil 84.6 persen.
Infrastruktur
Untuk merealisasikan 100 kota pintar tersebut, pemerintah India mengalokasikan investasi senilai 1,2 miliar dollar AS atau setara Rp 14,1 triliun. Dana tersebut berasal dari investor lokal dan mancanegara.
Hal mendasar yang akan mereka kembangkan pertama kali adalah membangun infrastruktur, transportasi massal, dan fasilitas-fasilitas umum yang mudah diakses masyarakat.
Pembangunan kota pintar bukanlah ambisi kosong. India sudah memulainya dengan pengembangan kota-kota di negara bagian Gujarat yang fokus pada kelas menengah perkotaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.