Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia dan India Pun Terancam Gelembung Properti

Kompas.com - 11/08/2014, 12:21 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Tak hanya Tiongkok yang berada di ambang kejatuhan pasar properti, dua negara raksasa lainnya juga menghadapi ancaman serupa. Rusia dan India tengah berjuang mengatasi keterpurukan harga dan melambatnya pertumbuhan pasar properti. Kedua negara ini menghadapi masalah kelebihan pasok (over supply) dan defisit permintaan.

Di Rusia, misalnya, sejak 1989 hingga 2013 lalu, mereka terus membangun properti dengan jumlah "gila-gilaan" yakni 912.000 unit apartemen. Dalam kurun waktu tersebut, harga properti di pasar sekunder juga meroket tajam sebesar 436 persen sementara harga pasar primer naik 362 persen. Harga mulai jatuh pada kuartal kedua tahun 2009, dan sejak itu fluktuatif hingga 2012.

Sayangnya, mereka membangun tanpa memperhatikan kapasitas kebutuhan dan daya beli pasar. Walhasil, banyaknya pasokan hunian dan daya beli rendah akibat ekonomi lesu, harga properti di pasar sekunder jatuh 2,13 persen selama kuartal pertama tahun 2014, menjadi rerata 5.381 dollar AS atau setara Rp 64 juta per meter persegi. Angka kejatuhan lebih besar lagi yakni 8 persen bila disesuaikan dengan tingkat inflasi. 

Namun demikian, meski harga jatuh, aktivitas pembelian sedikit membaik selama semester pertama tahun ini. Aktivitas tersebut dianggap sebagai kebangkitan pasar properti Rusia dan sedikit mendongkrak harga jual di beberapa wilayah top negeri ini.

Di St Petersburg harga jual kembali apartemen meningkat secara tahunan sekitar 1,64 menjadi 4,6 persen pada kuartal II 2014. Sementara secara umum, indeks harga turun 3,08 persen setelah inflasi.

Untuk mengembalikan gairah pasar, Bank Sentral Rusia telah menaikkan suku bunga acuan dua kali sejak awal 2014, dari 5,5 persen menjadi 7 persen pada bulan Maret, dan 7,5 persen pada bulan April. Tingkat kenaikan terkait dengan ketidakstabilan keuangan negara akibat inflasi, dan krisis di Ukraina. Pada Juni 2014, inflasi Rusia adalah 7,8 persen, tertinggi sejak Agustus 2011.

Sementara di India, 
harga rumah anjlok 7,82 persen setelah inflasi selama kuartal I 2014. Penurunan harga terbesar ada di Ludhiana yakni 13,07 persen, disusul Vijayawada 13,04 persen. Sementara kota-kota lainnya memperlihatkan kinerja harga negatif.

Meskipun demikian, pasar properti India diperkirakan akan mengalami peningkatan pasca pemilu. Perdana Menteri India terpilih, Narendra Modi diharapkan dapat menghidupkan kembali pasar properti dan ekonomi yang melambat.

"Kami memiliki harapan besar dari pemerintah baru seiring implementasi good governance di India. Kami berharap efisiensi dalam proses persetujuan dan pendanaan bank yang lebih mudah," kata Kepala Ekonom CREDAI, Lalit Jain.

Pembentukan pemerintahan yang stabil dan tidak tergantung pada mitra koalisi diharapkan akan menghasilkan keputusan yang lebih cepat dalam mereformasi ekonomi. Jika pertumbuhan PDB terjadi, sektor yang terpengaruh adalah properti. Saat ini, pertumbuhan ekonomi India mencapai 4,6 persen.

"
Kami optimistis reformasi dan perubahan pemerintah ini akan meningkatkan perekonomian. Untuk properti khususnya, kami yakin akan diberi status yang memudahkan mendapat aliran dana," kata Ketua Parsvnath Pradeep Jain.



Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com