Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Punya Lahan di Serpong? Jangan Dijual!

Kompas.com - 24/05/2014, 15:05 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

SERPONG, KOMPAS.com - "Follow the infrastructure", fatsoen ini akan sangat relevan jika Anda berniat untuk terjun ke bisnis properti. Ke mana arah pembangunan infrastruktur direalisasikan, ke sanalah investasi dibenamkan.

Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengatakan, pembangunan infrastruktur merupakan kunci utama sebuah kawasan akan berkembang dan tumbuh pesat. Bila infrastruktur terbangun, dengan sendirinya mendorong permintaan dan harga juga meningkat.

"Kami berharap, pemerintah yang akan datang mempercepat pembangunan infrastruktur. Infrastruktur ini tidak hanya jalan, tapi juga keseluruhan hingga jaringan dan sistem transportasi terpadu," ujar Ferry kepada Kompas.com, Rabu (21/5/2014).

Mengacu kasus greater area Jakarta khususnya Bintaro, Serpong, Alam Sutera, dan Kebon Jeruk, yang akan dilintasi oleh Jalan Lingkar Luar Jakarta 2 punya peluang untuk menjadi tujuan investasi utama bisnis properti.

Jalur ini menghubungkan BSD City dengan  Cengkareng, sehingga mudah diprediksi bila mobilitas warga yang melalui jalur ini akan bertambah dengan sendirinya sekaligus peluang bagi investor untuk meraup keuntungan melalui properti-properti yang mereka kembangkan.

Dengan demikian, cuma butuh lima tahun untuk kawasan BSD City, Alam Sutera, Bintaro, Kebon Jeruk untuk booming. Karena populasi sudah terbentuk cukup lama.

Pembangunan infrastruktur, kata Ferry, juga membuat harga lahan dan properti di sekitarnya menjadi tinggi. Kawasan lain sudah padat dan mahal. Sementara Bintaro, Serpong, Alam Sutera, Kebon Jeruk cukup nyaman. Lahan kosong masih tersedia, harga juga masih rendah.

"Ini akan mendorong pembangunan properti melesat, khususnya perkantoran, apartemen, hotel, dan pusat belanja. Pengembang akan menahan penjualan kavling atau lahan siap bangun. Mereka juga mempertimbangkan peluncuran klaster baru dan akan beralih pada pembangunan apartemen atau properti komersial lainnya seperti kantor, pusat belanja, atau hotel," imbuhnya.

Saat ini, harga sewa properti komersial khususnya perkantoran di pusat kota Jakarta sudah menembus angka rerata 30 dollar AS hingga 45 dollar AS per meter persegi sementara perkantoran yang dipatok dalam harga sewa Rupiah, menembus angka rerata Rp 350.000 per meter persegi. Demikian halnya ruang perkantoran di koridor TB Simatupang yang berada pada posisi d0 dollar AS hingga 25 dollar AS per meter persegi.

Tingginya harga tersebut memaksa para penyewa atau perusahaan-perusahaan untuk berpikir ulang bila melakukan ekspansi bisnis (usaha) dengan membuka kantor baru di pusat kota Jakarta. Dengan harga tinggi, menjadi tidak layak lagi dan membuat pengeluaran perusahaan tidak efektif.

Terlebih bagi perusahaan non servis yang tak butuh eksposur tinggi seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, otomotif dan lain sebagainya. Berkantor di lusar pusat Jakarta akan menjadi opsi utama. Sebut saja kawasan Serpong (BSD City, Gading Serpong, dan Alam Sutera) yang mulai dilirik perusahaan-perusahaan besar untuk membuka ruang kantor dan pergudangan.

"Pergeseran preferensi pasar ini akan menstimulasi pembangunan perkantoran di kawasan Bintaro, Serpong, Kebon Jeruk dan sekitarnya. Saat ini saja, Unilever telah membuka kantornya di BSD City, demikian juga dengan salah satu bank asing yang berkantor pusat di Bintaro. Tren ke depan, akan semakin banyak lagi perusahaan yang berkantor di kawasan-kawasan ini," ujar Ferry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau