Hal tersebut mudah disadari, namun tak mudah diselesaikan. Untuk itulah, dua tim peserta Lomba Karya Ilmiah Sumber Daya Air 2014 dari SMA Lab School Untad, Palu, Sulawesi Tengah, dan SMA Al Irsyad Satya, Jawa Barat, menawarkan cara yang tidak biasa untuk menanggulangi masalah tersebut.
Pada lomba tersebut SMA Lab School Untad Palu meraih juara. Tim yang terdiri dari Rehanda Dwi Mangawe, Rutvia Meivari Elot, dan Nurul Izza Tawil tersebut membuat alarm pendeteksi pembuang sampah. Alat sederhana ini akan mendeteksi siapa pun yang ingin membuang sampah sembarangan ke sungai, dan membunyikan alarm agar pembuang sampah menyingkir dan mengurungkan niatnya.
"Awalnya kami prihatin melihat kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan masih sangat kurang. Mereka masih sering membuang sampah pada sembarang tempat, khususnya di wilayah sungai. Di Sungai Palu, dekat wilayah kami," ujar Rehanda pada KOMPAS.com, Rabu (21/5/2014).
Rehanda mengaku tidak memegang data persis mengenai jumlah sampah yang menumpuk di Sungai Palu. Namun, dia mengaku yakin betul, bahwa setiap hari masyarakat membuang sampah di sana.
Sementara itu, mengenai alarm buatan Rehanda, Rutvia, dan Nurul, cara kerjanya pun mudah. Siapa pun yang mendekati sungai akan terdeteksi dan otomatis membuat alarm menyala.
"Alarm ini menggunakan sensor ultrasonik pendeteksi jarak. Alarm diletakkan di tepian sungai. Jadi, ketika ada orang yang mencoba membuang sampah, gerak tubuhnya akan langsung terdeteksi dengan sensor ini. Sensor ini akan langsung membunyikan alarm," terang Rehanda.
Kapal sampah Citarum
Rehanda dan teman-temannya tidak sendirian. Ada tim lain yang juga menaruh perhatian khusus pada penumpukan sampah, khususnya di Sungai Citarum. Mereka datang dari SMA Al Irsyad Satya, Jawa Barat. Tim ini membuat konsep Kapal Sungai yang akan mengangkut sampah, menghancurkan sampah, dan membawa polisi sungai.
Pada presentasi bertajuk "Rancangan Kapal Sungai dalam Mengatasi Sampah Citarum", terkuak bahwa kapal tersebut dirancang berdasarkan survei dan studi literatur. Kapal pun tidak hanya sekadar berbentuk fisik kapal. Rancangan kapal berikut juga sistem yang terdiri dari beberapa komponen.
Pertama, komponen kapal yang berfungsi sebagai pengangkut sampah dengan mesin penghancur sampah menggunakan panel surya. Dua, rancangan polisi sungai yang bertugas di Sungai Citarum dengan nama "Sherriver". "Sherriver" ini terdiri dari pengatur, penjaga, dan petugas.
Memang, meski baru berupa konsep, upaya siswa-siswi SMA Al Irsyad Satya ini sudah mendapat acungan jempol dari para juri atas ide dan visi mereka. Setidaknya, itulah pengakuan Heni Rengganis, anggota tim juri yang menilai makalah-makalah dari siswa SMA.
Menurut Heni, tidak mudah memilih tiga terbaik, apalagi memilih pemenang lomba makalah karya ilmiah anak-anak SMA ini. Apalagi, mula-mula ada lebih dari 1.100 pendaftar.
"Kemudian, yang mendaftar kembali 827, yang mengirimkan makalah 400," ujarnya.
Setelah terkumpul 400 makalah, Heni dan anggota juri dari LIPI, Surya Institut, Diknas Jawa Barat, Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia, dan Puslitbang mengerucutkan hingga 50 makalah terpilih, dan akhirnya dapat 10 kelompok yang boleh mempresentasikan di hadapan juri.
Menurut Heni, karya para pemenang memang menonjol. Misalnya, pendeteksi sampah di sungai. Mereka membuat sendiri alatnya. Mereka pun punya ruang untuk memperbarui alat tersebut agar khusus mendeteksi manusia, bukan hewan. Sementara, kelompok yang membuat konspe kapal untuk Sungai CItarum, menurut Heni, berani mengkritik pemerintah.
"Mereka berani sekali. Saya mengapresiasi. Yang paling nyeleneh itu yang CItarum, yang juara ketiga. Dia imajinasinya tinggi. Dia memikirkan bagaimana penjaganya. Mereka melakukan investigasi sampai harus minta disusun Perda," kata Heni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.