Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Depan Tangerang di Tangan Pengembang?

Kompas.com - 22/05/2014, 15:35 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com — Perbedaan substansial antara pengembangan kota oleh pemerintah dan sektor swasta adalah perencanaan yang matang, terstruktur, dan terorganisasi dengan baik. Kota-kota mandiri yang dirancang pengembang seperti Bintaro Jaya, Lippo Village, Lippo Cikarang, BSD City, Jababeka City, Sentul City, Summarecon Serpong, Kota Deltamas, dan lain sebagainya tumbuh lebih tertata dan rapi.

Ada zonasi peruntukan yang diimplementasikan secara ketat sesuai dengan rancangan induk yang sudah dibuat sebelumnya pada kota-kota tersebut. Terdapat batasan tegas antara zona komersial, fasilitas umum dan sosial, serta permukiman. Selain itu, masing-masing juga memiliki basis ekonomi yang dapat menghidupi warganya sehingga kota mandiri tersebut hadir bukan menjadi beban kota induk, melainkan sebuah solusi.

"Kehadiran kota mandiri juga melibatkan ratusan ribu orang baik sebagai pekerja, karyawan, maupun penghuni. Ekonomi akan tumbuh seiring dengan pengembangan sejumlah properti, dan aktivitas para penghuni yang pada gilirannya memicu peningkatan kebutuhan akan jenis properti komersial lainnya," papar Chief Marketing Officer Lippohomes, Jopy Rusli, kepada Kompas.com, Kamis (22/5/2014).

Lippo Village misalnya, lanjut Jopy, adalah satu contoh kota mandiri yang tampil sebagai pusat aktivitas warga di kota Tangerang. Dikembangkan pada dekade 1990-an, kota mandiri ini telah didiami oleh 60.000 penghuni dan didatangi sebanyak 200.000 pengunjung. Dari luas total 2.500 hektar lahan konsesi, telah terbangun 1.600 hektar. Di atas area seluas itu, terdapat ribuan unit rumah, pusat belanja, perkantoran, hotel, dan ruang komersial lainnya.

Kini, dengan sisa lahan yang ada, Lippo memilih membangun pusat bisnis dan komersial terpadu yang mengintegrasikan 12 jenis fungsi dalam satu kawasan seluas 75 hektar, yaitu Millenium Village. Proyek tersebut merupakan bagian dari central business district (CBD) Lippo Village seluas 132 hektar.

"Pusat komersial terpadu sangat dibutuhkan untuk melayani warga penghuni, pengunjung, dan juga pasar investor atau perusahaan-perusahaan yang memiliki pabrik atau industri di barat Tangerang. Oleh karena itu, kami membangunnya dengan kesadaran terdapat potensi besar yang dapat menyerap properti-properti ini," papar Jopy.

Millenium Village dirancang menjadi sentra bisnis sekaligus pusat komunitas bagi warga Tangerang dengan varian profil bermacam-macam. Bahkan, di sini juga terdapat ekspatriat asal Jeoang, Taiwan, dan Korea Selatan. Mereka sangat membutuhkan ruang-ruang perkantoran, hotel, dan hunian representatif.

Pengembangan pusat komersial yang dilakukan Lippo bukanlah yang pertama. Pengembang lainnya, seperti PT Jaya Real Property Tbk, PT Bumi Serpong Damai Tbk, dan PT Summarecon Serpong Tbk, juga mengembangkan CBD di perumahan yang mereka bangun. CBD diperlukan sebagai pusat aktivitas yang dapat memobilisasi penghuni dan pengunjung sehingga kegiatan ekonomi terus hidup dan tak akan berhenti.

"Ini satu cara kami sebagai pengembang berkontribusi terhadap kota induk, membangun kota mandiri yang dapat berdiri sendiri," pungkas Jopy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau