Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Bandara Dongkrak Bisnis Properti Kulon Progo Semakin Prospektif

Kompas.com - 29/04/2014, 15:38 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menjelang pembangunan Bandar Udara Kulon Progo, terjadi perubahan konstelasi pasar properti Yogyakarta. Para pengembang tak ketinggalan mengantisipasi rencana megaproyek tersebut dengan mengarahkan perluasan bisnis ke kabupaten yang berada di barat Yogyakarta ini.

Salah satunya adalah Ciputra Group. Pengembang yang sudah memiliki dua portofolio properti yakni CitraSun Garden, dan CitraGran Mutiara, berencana memperluas wilayah ekspansinya di Kulon Progo.

Associate Director Ciputra Group, Agung Krisprimandoyo, mengatakan, pihaknya semakin intensif mematangkan rencana pengembangan proyek berikutnya, meskipun rintisan pengembangan proyek di Kulon Progo, sudah dilakukan jauh sebelum woro-woro megaproyek bandar udara.

"Kami sudah mengendus prospek bisnis properti di wilayah ini sejak lama, karena Kulon Progo punya potensi besar. Pasokan lahan mentah untuk pengembangan properti masih surplus, harganya pun masih lebih kompetitif ketimbang di Sleman, atau Bantul," urai Agung kepada Kompas.com, Selasa (29/4/2014).

Lebih lanjut Agung memprediksi, sektor properti di Kulon Progo akan sangat prospektif dan tumbuh pesat. Hal ini terindikasi dari banyaknya pengembangan hunian secara sporadis sebagai respon atas pembangunan dan penambahan infrastruktur serta akses yang menghubungkan Kulon Progo dengan wilayah lainnya di Yogyakarta.

Kulon Progo menjadi daerah yang sangat terbuka dan dilirik banyak investor, baik lokal maupun nasional. Hal ini mendorong harga jual lahan dan properti semakin melesat.

Menurut Ketua DPD REI Daerah Istimewa Yogyakarta, Remigius Edi Waluyo, dua tahun lalu, masih terdapat lahan yang dijual dengan harga Rp 100.000 hingga Rp 200.000 meter persegi. Saat ini, untuk beberapa wilayah strategis, harga lahan sudah menembus angka Rp 300.000 hingga Rp 500.000 per meter persegi.

"Sementara harga propertinya dalam kurun waktu yang sama, terendah Rp 250 juta, tertinggi mencapai Rp 400 juta. Sekarang posisi sudah berubah, di mana terendah mencapai Rp 400 juta, tertinggi berada pada level Rp 600 juta per unit," kata Edi.

Tak hanya hunian, imbuh Edi, yang bakal berkembang di Kulon Progo adalah properti komersial seperti pusat belanja, perhotelan, dan pergudangan modern. Ketiga subsektor properti ini dibutuhkan oleh para pengguna bandara dan juga perusahaan jasa angkutan serta kargo.

"Hotel jelas dibutuhkan oleh para pelancong bisnis dan perjalanan untuk sekadar transit atau menjamu tamu bisnis lainnya. Sementara pergudangan dibutuhkan oleh perusahaan jasa kargo dan angkutan bandara. Efek domino pengembangan bandara sangat luas sekali dan berpengaruh terhadap terciptanya konsep "aero city"," jelas Edi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau