Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Gelombang Pertumbuhan Properti Kedua Terjadi? (Bagian I)

Kompas.com - 28/04/2014, 06:51 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasca krisis finansial global 2008, gelombang pertumbuhan pasar properti Indonesia mulai terjadi pada 2010. Saat itu, secara umum tingkat permintaan, tingkat hunian, dan harga di semua subsektor tumbuh positif, terutama perkantoran, apartemen, dan pusat belanja.

Menurut riset JLL, pertumbuhan terus berlanjut pada 2011 dan mencapai puncak pada 2012. Permintaan perkantoran di central business district (CBD) Jakarta semua kelas mencapai sekitar 370.000 meter persegi. Sementara tingkat hunian berada pada posisi 90 persen. Demikian juga dengan harga yang mencapai rerata Rp 150.000 per meter persegi.

Sementara perkantoran non-CBD mencatat tingkat permintaan seluas 200.000 meter persegi dengan tingkat hunian rerata 80 persen dan harga sewa rerata Rp 90.000 per meter persegi.

Di subsektor pusat belanja sewa, tingkat permintaan tercatat sekitar 235.000 meter persegi dengan tingkat hunian bertengger di angka 90 persen, dan harga sewa rerata Rp 300.000 per meter persegi.

Head of Research JLL, Anton Sitorus, mengatakan, kinerja positif perkantoran juga diikuti apartemen strata. Dalam catatannya, kinerja apartemen strata selama tahun 2012 sebanyak 13.000 unit baru terserap pasar. Sedangkan pasokan eksisting sekitar 70.000 unit, dengan pertumbuhan harga mencapai 25 persen hingga 30 persen untuk semua segmen bawah, menengah, atas, dan mewah.

"Tahun ini pasokan eksisting bertambah hingga 91.330 unit dengan tingkat permintaan 94 persen. Sedangkan pasokan baru sampai 2017 mendatang terdapat 47.240 unit. Dari jumlah sebanyak itu tingkat penjualan telah mencapai 72 persen," papar Anton kepada Kompas.com, awal pekan ini.

Meski apartemen strata menunjukkan kinerja paling tinggi di antara subsektor lainnya, khususnya untuk tahun 2014 ini, namun tidak menutup kecenderungan pasar properti Indonesia terus melambat.

Anton menambahkan, tren perlambatan sesungguhnya telah terjadi pada semester II 2013 lalu dan berlanjut hingga sekarang. Kondisi ini tak lepas dari perkembangan ekonomi Indonesia yang juga melemah akibat dinamika pasar Asia Pasifik secara umum.

"Selain itu, tingginya nilai tukar dollar AS dan suku bunga pinjaman bank, menambah beban konsumen dan investor yang pada gilirannya mendorong pengembang untuk menahan rencana ekspansi proyek mereka," tegas Anton.

Melemahnya sentimen pasar juga ikut memperburuk kondisi pasar. Pelemahan terjadi sebagai antisipasi dampak penyelenggaraan Pemilihan Umum yang membuat volume permintaan pasar di semua subsektor terus memperlihatkan kurva menurun.

"Jadi, pasar properti saat ini masih dibayang-bayangi kondisi ekonomi, dan bisnis yang melambat sehingga belum terlihat adanya pergerakan signifikan dari trwiluan IV 2013. Akan tetapi, volume permintaan di semua subsektor masih berada pada kisaran angka positif," pungkasnya.

Selanjutnya baca: Kapan Gelombang Pertumbuhan Properti Kedua Terjadi? (Bagian II), dan
Kapan Gelombang Pertumbuhan Properti Kedua Terjadi? (Bagian III)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com