Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Rumah Jeblok, Apartemen Justru Meroket

Kompas.com - 27/04/2014, 13:07 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesadaran untuk hidup di tengah kota, dekat dengan pusat bisnis dan aktivitas sehari-hari serta pemenuhan gaya hidup praktis, tampaknya semakin menguat. Indikasi ini terlihat dari data JLL yang menyebutkan tingkat penjualan apartemen esksisting sebesar 94 persen dari total 91.330 unit, dan apartemen yang masih dalam tahap pembangunan sebesar 72 persen dari total 47.240 unit.

Menurut Head of Research JLL, Anton Sitorus, lepas dari fakta komposisi pembelian dikuasai investor sebanyak 60 persen dan pengguna akhir (end user) 40 persen, kecenderungan hidup di tengah kota telah membuka peluang bagi pengembang untuk mengubah orientasi pembangunan. "Khususnya bagi pengembang yang menggarap wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jadebotabek)," ujarnya kepada Kompas.com, awal pekan ini.

Terlebih, penjualan rumah tapak (landed houses) semakin menurun tajam. Berbeda dengan subsektor properti lainnya yang masih menunjukkan pertumbuhan, sektor perumahan justru anjlok antara 10 persenhingga 20 persen.

Volume transaksi dari 30 perumahan dengan luas area di atas 30 hektar yang tercatat dalam basket penelitian Cushman & Wakefield Indonesia selama semester II 2013 mencapai Rp 6,545 triliun. Sementara itu, pada semester pertama tahun yang sama bertengger di angka Rp 7,7 triliun.

Menurut Senior Analyst Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia, Runita Kesumaramdhani, anjloknya transaksi penjualan rumah ini disebabkan oleh pemberlakuan kebijakan loan to value (rasio pemberian kredit terhadap nilai agunan) kedua pada September 2013 lalu.

LTV yang mengharuskan konsumen membayar uang muka 30 persen menjadi penyebab utama terjadinya penurunan transaksi perumahan di Jadebotabek, selain kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), juga KPR Inden.

"Dampak LTV terjadi tidak hanya kepada konsumen secara langsung, melainkan juga pengembang. Dengan kebijakan tersebut pengembang harus membangun dulu untuk kemudian mendapatkan dana cicilan KPR konsumen," tambahnya.

Catatan penurunan penjualan rumah tersebut, lanjut Runita, mendorong pengembang mengubah orientasi ekspansi bisnisnya ke properti komersial seperti hotel, pusat belanja, dan apartemen.

PT Summarecon Agung Tbk contohnya. Pengembang spesialis township development ini sangat giat membangun apartemen. Setelah berhasil mengembangkan Sherwood Residence sebanyak 200 unit di Summarecon Kelapa Gading, Jakarta Utara, kini mereka melansir Spring Lake di Summarecon Bekasi, pada Sabtu (26/4/2014).

Summarecon mencetak penjualan senilai Rp 1 triliun dari total 2.247 unit terjual, hanya dalam waktu sehari!

Head of Residential JLL, Luke Rowe, mengatakan meningkatnya volume penjualan apartemen dalam kondisi pasar yang sedang melemah saat ini ditopang oleh tingginya peluncuran proyek baru oleh pengembang pada kuartal I 2014.

"Penjualan unit apartemen strata di pasar primer naik hampir 50 persen secara triwulanan. sebagian besar merupakan apartemen segmen menengah sebanyak 90 persen, dan sisanya 10 persen menyasar segmen kelas atas," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com