Para pengembang susul-menyusul merambah kawasan tersebut. Setelah Dua Mutiara Group mendirikan kompleks properti multifungsi hotel dan apartemen The Ritz Carlton, Gapura Prima Group dengan Bellezza Mansion, Megapolitan Development Group dengan The Bellezza Mansion, dan sejumlah nama lainnya, kini PT Megakuningan International Property menggarap kawasan itu.
Konsorsium terdiri dari Farpoint, PT Asia Paramita Indah, dan PT Sukses Bina Mandiri tersebut berencana membangun The Hundred di atas area seluas 1,1 hektar. Megaproyek ini mencakup gedung perkantoran 24 lantai, serta gedung apartemen dan hotel yang menjulang 50 lantai.
Guna merealisasikan proyek tersebut, PT Megakuningan International Property mengalokasikan dana sekitar Rp 1 triliun. Dana konstruksi ini di luar lahan yang sudah mereka miliki sejak dulu.
Menurut Presiden Direktur PT Megakuningan International Property, Harjono Lee, dipilihnya kawasan Mega Kuningan sebagai wilayah garapan, karena cocok dengan kelas proyeknya yakni menyasar segmen pasar atas.
"Segmen pasar kelas atas di Indonesia ternyata ada dan terus meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir kebutuhan apartemen dan perkantoran premium juga tumbuh pesat. Di sisi lain pasokan tidak banyak, hanya beberapa. Karena itulah kami masuk ke segmen ini dan Mega Kuningan sesuai dengan kriteria yang kami tetapkan, yakni tempat berkumpulnya kalangan atas Indonesia dan ekspatriat," papar Harjono kepada Kompas.com, Kamis (3/4/2014).
Perkantoran dan superblok
Kehadiran The Hundred yang menggandeng rantai hotel international Sofitel So milik Accor Group makin mengetatkan persaingan pengembangan properti multifungsi di Mega Kuningan. Betapa tidak, di kawasan ini telah hadir brand hotel mewah internasional yakni The Ritz Carlton, dan JW Marriott. Sementara itu, untuk apartemen servisnya terdapat Oakwood Residence, dan The Ritz Carlton Residence.
Adapun harga sewa apartemen servis di sekitar kawasan ini mencapai angka 4.000 dollar AS (Rp 42 juta) hingga 7.000 dollar AS (Rp 72 juta) per bulan. Sementara itu, apartemen strata sudah menyentuh level Rp 45 juta per meter persegi.
Gedung perkantoran di kawasan ini juga jauh lebih banyak. Di sini terdapat perkantoran grade A, misalnya Wisma Danamon, The East, Menara Prima 1 dan kelak Prima 2, Menara DEA, serta Taman Perkantoran Mega Kuningan yang seluruhnya mematok angka sewa rerata Rp 300.000 dan Rp 400.000 per meter persegi di luar biaya servis.
Di kawasan tersebut juga banyak menempel superblok, salah satunya Ciputra World Jakarta. Megaproyek ini juga diprediksi menghabiskan dana lebih dari Rp 11 triliun. Tak tanggung-tanggung, di sini terdapat tiga hotel kelas wahid, yakni W Hotel, Rosewood Hotel, dan Raffles Hotel.
Selain itu, di dalam situs yang dikembangkan PT Ciputra Property Tbk tersebut, akan hadir apartemen servis Fraser, Ascott, dan juga My Home. Fungsi-fungsi properti tersebut menemani perkantoran DBS Tower.
Menurut Direktur PT Ciputra Property Tbk, Artadinata Djangkar, masuknya merek-merek mewah asing, dan banyaknya pengembangan properti berkualitas premium di Jakarta mengindikasikan kepercayaan dan posisi ibu kota ini sebagai global city, setara dengan kota-kota modern lainnya.
"Ini merupakan perkembangan positif. Kita harus menyikapinya dengan optimistis bahwa Jakarta bersiap menuju kota global. Namun, perlu hati-hati juga bahwa pasar kelas atas sangat tipis, tidak sebesar kelas menengah dan bawah," ujar Artadinata.
Hotel Raffles, lanjut Artadinata, akan beroperasi pada semester dua 2014. Sementara itu, hotel Sofitel So akan dibuka untuk publik pada akhir 2017 mendatang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.