Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua IAI: Arsitek Indonesia Malas "Mikir"!

Kompas.com - 25/03/2014, 10:58 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bentuk hunian sebagai karya arsitektur yang dirancang arsitek-arsitek Indonesia tak kalah dengan karya arsitek asing. Karya mereka begitu indah, estetik, serta meliuk-liuk sehingga menggoda pandangan visual yang melihatnya.

Namun, bila ditelaah lebih jauh, sebagian besar karya arsitek Indonesia itu hanya bagus dipandang. Bangunan rumah yang mereka desain hanya sebatas seni instalasi. Arsitek Indonesia belum menempatkan arsitektur sebagaimana mestinya, yakni memanusiakan penghuninya.

Demikian kritik dilontarkan Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Munichy B Edrees, pada peluncuran produk YKK Nexsta, di Jakarta, Selasa (25/3/2014).

"Arsitek Indonesia malas mikir. Mereka merancang tidak bertolak dari konsep yang komprehensif, melainkan bagaimana membuat karya arsitektur menjadi indah secara skulptural. Arsitektur cuma ditempatkan sebagai karya seni, seni instalasi. Mereka lupa, ada manusia yang harus menghuninya," ujarnya.

Munichy mengakui, bahwa karya arsitek yang bertebaran di Jakarta maupun kota-kota besar lainnya di Indonesia mengacu pada karya-karya arsitek mancanegara. Padahal, Indonesia berbeda. Indonesia jauh lebih kaya dari negara-negara asing yang mereka contoh.

"Kita punya cultural root yang seringkali luput disentuh. Arsitek kita, terutama arsitek muda, hanya hirau pada satu unsur saja, yakni estetika, sekadar untuk gagah-gagahan. Tak mau berpikir, bagaimana membangun hunian itu layak huni dan nyaman," papar Munichy.

Lebih lanjut Munichy menjelaskan, bahwa sebuah karya arsitektur, terutama menyangkut bangunan hunian, haruslah memenuhi tujuh langkah (seven stars). Ketujuh langkah tersebut adalah, pertama, karya arsitektur tersebut fungsional. Bangunan harus bisa berfungsi semestinya dan bermanfaat bagi penghuninya.

Langkah kedua, estetika, dalam arti bentuknya (form) indah dipandang mata. Ketiga, karya arsitektur secara teknis dapat dibangun, karenanya terkait dengan teknologi konstruksi, struktur dan juga material bangunan.

"Keempat adalah karya arsitektur harus memenuhi unsur safety untuk dihuni, melindungi dan menyelamatkan penghuninya. Kelima harus nyaman, keenam kontekstual dengan lokasi di mana unian tersebut dibangun. Terakhir, efisien, mudah dan bisa dibangun," urai Munichy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau