Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NJOP Melambung, Saatnya Pengembang Manfaatkan Lahan "Nganggur"

Kompas.com - 15/03/2014, 16:52 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah di Provinsi DKI Jakarta dengan besaran rerata 120 persen hingga 240 persen yang berlaku sejak awal tahun ini, merupakan momentum tepat bagi pengembang untuk memanfaatkan lahan yang belum terbangun.

Menurut Senior Associate Director and Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, pengembang harus secepatnya membangun properti di atas lahan mereka yang selama ini idle ("nganggur"). Pasalnya, kenaikan NJOP ini akan memicu kenaikan harga pasar lahan semakit melesat.

"Jika harga pasar lahan di Kuningan setelah NJOP baru menjadi Rp 80 juta per meter persegi, maka tahun depan kemungkinan akan melesat lagi menjadi Rp 100 juta per meter persegi. Nah, dengan harga setinggi itu, properti seperti apa dan dengan harga berapa yang layak mereka kembangkan? Tentu saja properti premium," papar Arief kepada Kompas.com, Jumat (14/3/2014).

Padahal, lanjut Arief, ceruk pasar kelas atas cenderung terbatas. Tidak segemuk pasar kelas menengah dan bawah. Ceruk kelas atas hanya 15 persen dari total pasar properti Indonesia. Pengembang yang bermain di wilayah ini pun terbilang terbatas. Namun, mereka sangat mumpuni dengan rekam jejak tak diragukan.

Sebaliknya, jika dimanfaatkan sekarang, maka pengembang masih memiliki kesempatan untuk bermain di pasar menengah dan menengah atas. Dengan harga pasar sekarang, pengembang bisa membangun dan memasarkan properti dengan harga lebih masuk akal dan dapat diterima pasar.

Contohnya, gedung perkantoran premium dengan harga sewa di atas Rp 500.000 per meter persegi di luar biaya servis, atau apartemen menengah atas dengan harga jual Rp 35 juta-Rp 45 juta per meter persegi.

"Selain itu, tahun depan hingga 2017 mendatang pasokan baru, banyak masuk pasar. Hal ini menstimulasi kompetisi kian ketat. Bagi pengembang yang sudah membangun tahun lalu atau baru memulai tahun ini, maka punya peluang lebih besar produknya terserap pasar," tandas Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau