Memang, keluarga Liss ini tidak hidup berkekurangan. Mereka memiliki sebuah kondominium berukuran luas, yaitu 223 m2. Kondominium tersebut berada di bangunan loft historis dari abad ke-19. Mereka membelinya pada Oktober 2012 dengan harga beberapa juta dollar AS. Selama delapan bulan, mereka merenovasi dan memperbaiki tampilan interior kondominium.
Bagi Damon, mengerjakan rumahnya sendiri adalah proyek impian meski harus merogoh kocek hingga satu juta dollar AS. Ia mengedepankan kenyamanan dan kebutuhan keluarganya dalam proyek ini. Meski mahal, yang penting istri dan kedua anaknya bisa hidup nyaman.
Kenyamanan tersebut dimulai segera setelah keluarganya melangkah masuk ke dalam rumah. Damon menyediakan lemari untuk menyimpan jaket dan berbagai keperluan keluarganya. Sebelumnya, hanya ada sebuah lemari kecil di dekat pintu masuk yang tidak mampu menampung semua kebutuhan mereka.
"Dulu hanya ada lemari kecil untuk seluruh apartemen, sekitar tiga kaki lebarnya," ujarnya. Ia kemudian membongkarnya dan membuat bukaan yang lebih besar untuk membuat ruang penyimpanan.
Setelah itu, Damon membuat interior rumahnya terasa lebih luas dengan menghilangkan sekat-sekat. Di dalam rumahnya memang terdapat ruang keluarga, perpustakaan, dan tempat bersantai khusus bagi Damon dan Lisa. Namun, ruang-ruang ini hanya dibagi oleh furnitur. Damon tidak membangun dinding yang mampu memisahkan ruang sekaligus membuat interior rumah terasa lebih kecil.
"Bagi kami, hal ini konsisten dengan cara hidup loft. Anda butuh cara mendefinisikan ruang dan pemisahan, tetapi Anda tidak ingin ruang-ruang terpisah," terangnya.
Damon memilih kursi Danish 1930-an yang dibalut dengan kulit berwarna abu-abu, lampu lantai Italia karya Stilnovo dari Donzella, kursi Martin Eisler 1960-an, dan meja kopi Scapinelli dari Espasso untuk menghiasi ruang keluarganya. Dia juga menaruh set catur Jerman dari tahun 1960-an dan meletakkannya di permukaan kayu ek BDDW.
Sementara itu, sang desainer juga membuat pojok perpustakaan dengan menggunakan rak buku karya Best & Company. Di area tersebut juga terdapat kursi berlengan Big Adam karya Kerstin Hörlin Holmquist, serya kursi dari Chandigarh, India, untuk membaca.
"Kami tidak ingin desain kami terasa seperti segalanya baru dibeli, jadi kami memasukkan barang-barang berpatina, menunjukkan tanda-tanda umur, serta kekayaan. Kami menyukai barang-barang tempo dulu, kayu alami, seperti meja meja ini," ujar Damon.
Meja yang dibicarakan Damon adalah meja makan besar yang terbuat dari kayu. Di meja ini, keluarga biasanya berkumpul untuk makan, berbincang, bahkan mengerjakan pekerjaan rumah. Karena itu, Damon menyediakan kursi-kursi nyaman di sekelilingnya karya Knud Faerch dari Jackson Design AB di Stockholm.
Pasangan ini memutuskan untuk membawa kenyamanan ini hadir pula di dapur. Mereka menggunakan nuansa warna abu-abu untuk menghias dapur tersebut. Warna ini dipadukan dengan warna putih dari wastafel dan ubin di dinding. Agar lebih seru, Liss mengecat pintu di dapur dengan cat papan tulis. Dengan cat tersebut, anak-anak bisa bebas menggambar menggunakan kapur.
Jika lelah bermain atau mengerjakan pekerjaan rumah di dapur dan di ruang makan, anak-anak bisa beristirahat di kamarnya masing-masing. Damon membuat dua kamar bagi kedua anaknya. Kamar Lillian (6) dipenuhi dengan warna merah muda, sementara kamar Charlotte (8) dipenuhi dengan warna violet dan teal.
Sama seperti ruang-ruang lain, kamar anak-anak juga berisi beberapa karya istimewa para desainer dan seniman dunia. Sementara itu, sedikit berbeda dari kamar anak-anak, kamar utama tampak lebih tenang dengan nuansa warna abu-abu, ungu, juga dipenuhi material kayu, serta beludru.
"Kami ingin membuat ruang-ruang ramah bagi anak, terang, dan ceria, menyenangkan, tetapi canggih dan menarik pada saat yang sama," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.