Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Green and Blue Line" Monorel, Jalur Mati di Malam Hari

Kompas.com - 18/02/2014, 20:09 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tarik ulur pembangunan monorel Jakarta terkait masalah pendanaan dan teknis pelaksanaan, dipandang hanya kian menguatkan stigma buruk terhadap pemerintah. Pemerintah gagal membangun infrastruktur besar yang berpotensi mengurai masalah perkotaan.

Pandangan tersebut dikemukakan pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (18/2/2014).

Menurut Yayat, problematika yang dialami pemerintah terkait pembangunan monorel ini sangat serius. Pemerintah gagal dalam mencari investor dan gagal dalam mengelola pembangunan. "Unsur spekulasinya sangat kuat dan kentara," ujar Yayat.

Namun, lepas dari itu, lanjut Yayat, jika pun monorel yang diprediksi menelan biaya senilai 1,5 miliar dollar AS atau setara Rp 16 triliun tersebut, jadi dibangun, harus dikaji ulang terlebih dulu. Pasalnya, rute yang diajukan sejak lima tahun lalu, yakni green line (jalur hijau) dan blue line (jalur biru) merupakan jalur mati di malam hari.

"Tidak terdapat aktivitas atau kegiatan selama 24 jam di jalur hijau dan biru. Jalur-jalur tersebut hanya ramai pada pagi dan siang hari saat jam kerja. Selepas itu, sepi, dan mati. Efektifitasnya menjadi sangat terbatas. Pada gilirannya tujuan pembangunan monorel bangkitan massal tidak tercapai," urai Yayat.

Untuk diketahui, jalur hijau akan melayani distrik bisnis Kasablanka dan Rasuna Said sepanjang 14,8 km dengan 15 pemberhentian. Sementara jalur biru akan menghubungkan Kampung Melayu dan Tanah Abang sepanjang 14,2 km dengan 12 pemberhentian.

Monorel Jakarta, akan memiliki dua stasiun interchange di Kasablanka dan Karet yang memungkinkan penumpang beralih di antara dua jalur, dan stasiun Dukuh Atas Sudirman yang  memungkinkan penumpang untuk beralih ke Busway Jakarta dan jaringan kereta api Jakarta.

Seharusnya, imbuh Yayat, rute tersebut dikaji ulang. Monorel harus mencakup tempat asal dan tujuan calon penumpang. Usulan untuk memperluas wilayah cakupan hingga ke kawasan-kawasan "gemuk" bangkitan, seperti Tomang, Lebak Bulus, Cawang, harus direalisasikan.

"Namun begitu, jangan sampai perluasan rute monorel itu tumpang tindih dengan busway. Rute monorel harus merupakan simpul-simpul yang mendukung keberadaan mass rapid transit," tandasnya.

Sebelumnya, Komisaris Utama PT Jakarta Monorail Edward Soerjadjaja menyatakan bahwa proyek pembangunan monorel di Jakarta tidak akan mundur dari jadwal yang sudah direncanakan. Ia membantah ada masalah pendanaan yang menyebabkan proyek tersebut terkesan tidak berjalan.

Dalam perbincangan pada program Kompas Petang di Kompas TV, Selasa (18/2/2014), Edward merasa heran dan tidak mengetahui tentang adanya permasalahan kesepakatan PT Jakarta Monorail (PT JM) dengan pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menurut Edward, sejauh ini perusahaannya menjalin komunikasi intens dengan Pemprov DKI tentang perkembangan proyek monorel tersebut.

Edward memastikan bahwa secara teknis tidak ada yang menghambat pembangunan fisik monorel. Dengan demikian, proyek itu berjalan sesuai jadwal yang ditetapkan. Ia juga meyakinkan bahwa pembangunan monorel pada jalur hijau akan selesai pada 2016 dan jalur biru selesai pada 2017.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau