Menurut hasil riset Horwarth HTL Indonesia, meski tahun 2014 merupakan tahun Pemilu Legislatif dan Presiden di mana keputusan investasi besar akan ditangguhkan hingga Presiden baru terpilih dan dilantik, namun bisnis perhotelan tetap terus berlanjut.
Bisnis perhotelan, khususnya di daerah akan menunjukkan gairah lebih aktif sebagai dampak positif sistem politik yang memungkinkan kepala dan legislatif daerah dipilih konstituennya sendiri.
Direktur Horwarth HTL Indonesia, Matt Gebble, mengatakan bahwa peristiwa politik itulah yang berpotensi membuat tingkat permintaan kamar hotel di daerah mengalami peningkatan. Permintaan tersebut tentu saja salah satunya berasal dari rombongan peserta Pemilu, termasuk pemilih lokal.
"Lebih dari itu, kota-kota sekunder menunjukkan pertumbuhan ekonomi signifikan sebagai ekses pertumbuhan product domestic brutto (PDB) yang diperkirakan akan berada pada level 5 persen hingga 6 persen," ujar Gebble.
Demikian halnya dengan Rupiah yang masih fluktuatif. Tidak berpengaruh banyak terhadap perkembangan bisnis perhotelan. Bisnis hotel, terutama hotel murah dan menengah di seluruh Indonesia, akan terus berlanjut pada tahun ini, didorong oleh melonjaknya tingkat permintaan yang sebagian besar berasal dari pasar korporat.
"Segmen ini semakin kompetitif. Kami menghitung, setidaknya ada 65 hotel murah dan menengah dengan merek domestik yang akan dibangun pada 2014," ungkap Gebble.
Hal senada dikemukakan Vice President Director PT Intiwhiz International, Ndang Mulyadi. Menurutnya, bisnis perhotelan di daerah justru semakin menggeliat. Ia menengarai, hal tersebut disebabkan jumlah kunjungan wisatawan, khususnya mancanegara, tidak lagi terkonsentrasi di Bali, melainkan terpecah-pecah ke sejumlah daerah.
"Makassar, Manado, dan Balikpapan memperlihatkan perkembangan positif. Di ketiga kota sekunder itulah kami melakukan ekspansi dengan mengelola hotel murah yang akan dibuka pada tahun ini," cetus Ndang kepada Kompas.com, Rabu (5/2/2014).
Makassar mencatat lonjakan jumlah kunjungan turis asing sebesar 27,73 persen menjadi 17.730 orang tahun 2013 dari sebelumnya 13.881 orang. Sementara Manado mampu menarik 19.917 turis asing atau beranjak 4,22 persen ketimbang tahun 2012 sebanyak 19.111 orang. Terakhir, Balikpapan yang mencatat kunjungan wisman sebanyak 16.904 orang.
Jadi, tak keliru jika Gebble menyatakan untuk tetap optimistis. Pasalnya, ada banyak alasan untuk bersikap optimistis tentang masa depan bisnis perhotelan Indonesia. Pemerintah memegang komitmennya dengan merealisasikan pengembangan dan perbaikan infrastruktur termasuk bandara, jalan raya, rel kereta api dan pelabuhan, untuk mendukung 16 daerah prioritas.
Ke-16 daerah tersebut adalah Danau Toba (Sumatra Utara), Kepulauan Seribu dan Kota Tua (DKI Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Danau Batur, Menjangan, Pemuteran, Kuta, Sanur, Nusa Dua (Bali), Gunung Rinjani (Nusa Tenggara Barat), Taman Nasional Komodo (Nusa Tenggara Barat), Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), Tanah Toraja (Sulawesi Selatan), Bunaken (Sulawesi Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Raja Ampat (Papua).