Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Melambat, Investor Perkantoran Justru Nikmati Keuntungan!

Kompas.com - 20/11/2013, 16:35 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Di saat kondisi pasar properti mulai mengalami perlambatan, investor perkantoran(office investor) justru sudah bisa menikmati keuntungan dari investasi yang mereka tanamkan. Tak main-main, besaran keuntungan tersebut sekitar 13 sampai 15 persen.

Investor perkantoran tersebut, menurut Head of Research Jones Lang LaSalle Indonesia, Anton Sitorus, merupakan investor individual dan korporat baik domestik maupun asing.

"Mereka mulai berinvestasi sejak tahun 2010 silam, saat perkantoran strata dan sewa mulai dibangun. Kini ketika perkantoran-perkantoran tersebut beroperasi, para investor tersebut tinggal menikmati gain dari investasi yang sudah mereka benamkan," ujar Anton kepada Kompas.com, Rabu (20/11/2013).

Anton melanjutkan, kurun 2010 dan 2011 permintaan ruang perkantoran di Jakarta, berkembang pesat. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang memperlihatkan tren positif. Pertumbuhan ekonomi dengan kisaran angka 5-6 persen, mendorong tumbuhnya bisnis perusahaan-perusahaan, baik skala menengah maupun kakap.

"Nah, tentu saja, berkembangnya bisnis pasti membutuhkan ruang kantor representatif. Banyak perusahaan yang kemudian melakukan ekspansi dan tak jarang juga merelokasi kantornya. Sehingga, tak mengherankan bila pada dua sampai tiga tahun lalu ada banyak proyek perkantoran yang dibangun. Sebut saja Equity Tower, Menara Satrio, WTC 2, DBS Tower, District 8 dan lain sebagainya," imbuh Anton.

Harga jual dan sewa perkantoran-perkantoran tersebut mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Puncaknya, pada 2012, perkantoran Grade A mencapai lonjakan harga sekitar 36-37 persen. Sementara pada 2013, meskipun melambat, harga jual dan sewa tetap naik yakni 30 persen dan tahun depan, Anton memproyeksikan pertumbuhan harga sekitar 18-20 persen.

Meski tak dimungkiri, kenaikan harga sewa kantor pada 2013 juga dipicu oleh perubahan tarif bahan bakar minyak (BMM) dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS, namun tetap saja permintaan ada dan masih tinggi.

Buktinya, catatan Cushman and Wakefield memperlihatkan, tingkat kekosongan (vacancy rate) perkantoran grade A  terus mengalami degradasi. Jika pada 2011 tingkat kekosongan sebesar 7,3 persen, maka pada tahun 2012 turun 2,3 persen. Sementara harga sewa justru melonjak 28-30 persen.

Salah satu gedung perkantoran yang memberikan keuntungan investasi adalah DBS Tower dalam area pengembangan superblok Ciputra World 1 Jakarta. Harga jual aktual perkantoran yang secara resmi akan dibuka pada April 2014 tersebut senilai Rp 45 juta per meter persegi. Padahal, tahun lalu masih berkisar antara Rp 31 juta-Rp 32 juta/m2. Sedangkan harga sewanya, kini Rp 350.000/m2/bulan di luar biaya servis.

Menurut Direktur PT Ciputra Property Tbk, Artadinata Djangkar, sebagai pengembang Ciputra World Jakarta, pembeli ruang kantor strata DBS Tower adalah pengguna akhir dan investor. Menariknya, komposisi investor sebesar 40 persen.

"Berbeda dengan investor perumahan atau apartemen, investor perkantoran adalah mereka yang memiliki kapabilitas untuk mengisi ruang kantor yang dibeli atau disewanya (owner occupied). Jadi, mereka membeli dan menyewa ruang kantor untuk diisi sendiri dalam beberapa waktu kemudian atau disewakan kepada tenant. Sebagian besar dari investor tersebut adalah perusahaan konsultan, telekomunikasi, keuangan dan perbankan," jelas Arta.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau