Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ambisi Kejar Bali, Tanjung Lesung Terkendala Insentif Investasi

Kompas.com - 19/10/2013, 14:36 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

TANJUNG LESUNG, KOMPAS.com - PT Banten West Java Tourism Development, pengembang Tanjung Lesung Resor, Banten, Jawa Barat, berambisi mengejar ketinggalannya dari Nusa Dua, Bali, sebagai destinasi wisata kelas atas. Mereka aktif bergerilya menjaring investasi asing guna secara bersama-sama mengembangkan kawasan ini.

Direktur PT Banten West Java Tourism Development, Setiawan Mardjuki, mengatakan, potensi Tanjung Lesung tak kalah dari Nusa Dua di Bali. Tanjung Lesung memiliki panorama alam dan laut yang cantik, ditunjang kekayaan budaya (culture)lokal, dan kedekatan jaraknya dengan Jakarta sebagai ibukota Indonesia.

"Oleh karena itu, kami memiliki target khusus. Dalam 2 hingga 3 tahun ke depan, membangun sebanyak 2.000 vila yang dikelola sebagai hotel, vilatel, maupun instrumen investasi lainnya. Kesempatan kami buka seluas-luasnya bagi investor asing maupun nasional untuk bersama-sama membangun Tanjung Lesung. Terlebih dengan status Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata, investor akan mendapatkan perlakuan istimewa," papar Setiawan kepada Kompas.com, Kamis (17/10/2013).

Sejauh ini, PT Banten West Java Tourism Development telah berhasil menarik dua investor asing dari China dan Uni Emirat Arab. Keduanya adalah Hanking Industrial Group Co. Ltd., dan Damac Holding Co.

Hanking Industrial Group Co Ltd sepakat membenamkan modal senilai 50 juta dollar AS (Rp 564,9 miliar) di atas lahan seluas 200 hektar. Mereka akan membangun hotel berklasifikasi bintang empat dan lima, serta vila-vila pribadi.

Sementara Damac Holding Co akan mengembangkan golf estate di atas area seluas 300 hektar. Nilai investasi masih dihitung, paling lambat akan dipastikan awal tahun depan.

Menurut Setiawan, mereka tertarik karena status KEK Pariwisata yang disandang Tanjung Lesung. dengan status ini, investor akan mendapatkan perlakuan istimewa berupa insentif kemudahan perizinan dan keringanan pajak (tax holiday).

Hanya, lanjut Setiawan, meski sudah menandatangani nota kesepahaman (khusus untuk Hanking), bukan tidak mungkin mereka bakal menunda atau malah berpaling ke kawasan lain di luar Indonesia. Sebab, hingga hari ini kejelasan dan detil teknis insentif yang dijanjikan Pemerintah Pusat belum ada.

"Insentif belum jelas. Kalau ada pengurangan pajak, berapa persen kurangnya. Kalau ada kemudahan perizinan, seperti apa bentuknya. Hal-hal teknis terperinci seperti inilah yang dibutuhkan investor," imbuhnya.

Terlebih, Hanking dan Damac hanyalah dua dari sekian banyak investor asing yang tertarik mengembangkan Tanjung Lesung. Investor lain berasal dari Singapura, Hongkong, Eropa dan bahkan Rusia. Menjaring mereka, tak cukup hanya menawarkan keelokan alam, juga regulasi yang ramah investasi (investment friendly).

Tak mengherankan bila sejak KEK Pariwisata diputuskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012, progres pengembangan Tanjung Lesung tak sepesat yang dibayangkan. Semestinya dengan keistimewaan yang disandangnya, Tanjung Lesung dapat berlari lebih cepat. 

"Sampai saat ini, Dewan KEK Tanjung Lesung belum melakukan tugasnya. padahal sudah dibentuk melalui Keputusan Presiden No. 41 Tahun 2012 pada tanggal 31 Desember 2012. Dewan KEK ini terdiri dari unsur Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Pengembangan dan Pengelolaan Tanjung Lesung," tandas Setiawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau