TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com — Tak ada yang menafikan perkembangan pesat Tangerang Selatan setelah ditetapkan sebagai kota pada 29 Oktober 2008 oleh Menteri Dalam Negeri kala itu, Mardiyanto. Perkembangan terjadi hampir di semua sektor, terutama perekonomian yang ditunjang oleh sektor permukiman, komersial, perhotelan, jasa, perdagangan, dan industri.
Tak mengherankan, Tangerang Selatan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang mencatat pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) setiap tahun. Pada 2009, PAD Tangerang Selatan hanya Rp 25,4 miliar. Jumlah ini meningkat setahun kemudian menjadi sebesar Rp 110,4 miliar dan berturut-turut beranjak naik seratus persen menjadi Rp 307,2 miliar (2011) dan Rp 365,9 miliar pada 2012. Tahun ini kota itu menargetkan dapat meraup Rp 400 miliar.
Tangerang Selatan terbagi dalam tujuh kecamatan, yakni Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Pamulang, dan Setu. Potensinya dinilai tak kalah menjanjikan ketimbang kawasan lainnya, seperti Kota Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor.
Terlebih lagi, Tangerang Selatan dilintasi oleh jalan bebas hambatan ruas Ulujami-Serpong sepanjang 12,5 kilometer. Akses yang merupakan bagian dari Tol Jakarta-Tangerang Selatan ini menghubungkan beberapa kawasan seperti Bintaro, Ulujami, Petukangan, dan Ciputat.
Kehadirannya membuat kawasan yang dilintasi menjadi semakin terbuka dan memudahkan mobilitas masyarakat. Warga yang tinggal di Bekasi, Depok, atau Bogor bisa mempersingkat jarak dan waktu tempuh menuju Tangerang Selatan melalui jalur tol ini.
Potensi ini yang sudah dan akan dimanfaatkan oleh beberapa investor besar melalui pengembangan-pengembangan skala raksasa. Pengembang Nasional seperti Sinarmas Land Group, Summarecon Group, Alam Sutera Realty, PT Jaya Real Property Tbk, dan beberapa nama lainnya berlomba membangun properti skala kota.
Menyusul kemudian, nama-nama baru seperti Premier Qualitas Indonesia dan Merdeka Ronov Indonesia. Mereka menangkap peluang yang sama, yakni potensi pertumbuhan kota hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang ini.
Pertumbuhan di Tangerang Selatan diyakini para pengembang akan semakin melaju bila rencana pembangunan Tol Serpong-Balaraja yang merupakan sambungan dari Tol Ulujami-Serpong direalisasikan. Tol ini menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang.
Panjang jalan tol ini adalah 31 kilometer. Investasi diperkirakan menelan biaya Rp 3,7 triliun. Nantinya, tol ini akan tersambung dengan Tol Tangerang-Merak dan Tol Jakarta-Serpong.
Director Office Services Colliers International Indonesia Bagus Adikusumo memastikan, kehadiran jalan tol akan menstimulasi kawasan-kawasan pertumbuhan baru. Hal ini terutama untuk kawasan bisnis dan komersial yang menjadi penggerak aktivitas ekonomi.
"Yang akan menikmati keberadaan jalan tol ini adalah lokasi-lokasi di bibir gerbang tol dan sekitarnya karena aksesnya menjadi mudah dijangkau. Setelah Simatupang, koridor Serpong akan menjadi incaran perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional untuk mereka berekspansi," imbuh Bagus kepada Kompas.com, Selasa (8/10/2013).
Hal senada juga dikemukakan Managing Director Corporate Strategi and Services Sinarmas Land Ishak Chandra. Menurut dia, daya tarik Tangerang Selatan saat ini sangat kuat. Kawasan ini memiliki semua unsur yang dibutuhkan untuk investasi, mulai aksesibilitas, sumber daya alam seperti lahan yang masih surplus dengan harga relatif kompetitif, dan daya beli masyarakatnya. (Baca: "Aksek... Akses... Akses... Bukan Cuma Lokasi!").
"Tangerang Selatan tidak hanya cocok dijadikan sebagai kawasan hunian, melainkan juga perkantoran komersial dan pusat belanja serta rekreasi," imbuh Ishak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.