Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Horor di Rumah Latar Film Alfred Hitchcock

Kompas.com - 09/10/2013, 18:57 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Sebuah rumah di Sonoma County, Bodega, California, Amerika Serikat, ini pernah digunakan sebagai lokasi pembuatan film berjudul "The Birds" karya Alfred Hitchcock. Selain memang menegangkan, konon rumah tersebut menyimpan horor yang sebenarnya.

Sebenarnya, rumah yang semula digunakan sebagai sekolah bernama Potter School ini tampak megah dan cantik dengan arsitekturnya yang khas. Namun, rumah yang kini sudah menjadi rumah pribadi tersebut dikabarkan juga "dihuni" oleh hantu.

Seperti dikutip dalam Huffington Post dan California Home & Design, Leah Taylor, pemilik rumah berhantu tersebut menceritakan cerita-cerita menyeramkan yang pernah terjadi di dalamnya. Sekitar 140 tahun lalu, rumah yang kini bernama Potter School House itu berisi ingar-bingar kegiatan belajar dan mengajar di lantai pertama. Sementara lantai kedua rumah ini digunakan sebagai pusat kegiatan komunitas kota.

www.huffingtonpost.com Namun, meski tidak bisa digunakan, piano ini mampu menjadi pemanis di dalam rumah. Barang-barang ini tidak hanya membuatnya nyaman ditempati, namun juga membuat akustik ruangan menjadi baik.
Saat itu, Bodega merupakan kota yang sibuk. Berbagai kegiatan pertanian, industri, dan pariwisata berjalan di jantung kota kecil penuh imigran Irlandia ini.

Sayangnya, ingar-bingar itu berhenti ketika kegiatan industri mulai terhenti, dan penduduk kota ini pergi meninggalkannya pada 1961. Sekolah ini pun ditinggalkan begitu saja. Barulah, pada 1962, Alfred Hitchcock memanfaatkan rumah tersebut sebagai lokasi pengambilan gambar film.

 
Pada 1963, keluarga Taylor membeli rumah ini dan menjadikannya tempat tinggal pribadi. Selama bertahun-tahun, keluarga tersebut mengubah tampilan rumah ini sedikit demi sedikit.
 
www.huffingtonpost.com Pada 1963, keluarga Taylor membeli rumah ini dan menjadikannya tempat tinggal pribadi. Selama bertahun-tahun, keluarga tersebut mengubah tampilan rumah ini sedikit demi sedikit.
"Ketika orang tua saya membeli bangunan ini, kami mulai mengerjakannya. Tidak hanya (rumah ini) memiliki jendela yang ditutup papan, namun juga tangganya dikeluarkan. Satu-satunya cara mengakses lantai kedua adalah dengan tangga dari luar bangunan. Kami memasang tangga dan mulai (mengerjakan) lantai atas pada 1971," ujar Leah Taylor.

Sosok perempuan

Tampilan rumah ini begitu klasik dan elegan. Dari luar, rumah ini tampak anggun dengan nuansa warna putih dan sedikit aksen biru tua. Bagian dalamnya lebih elegan dan dipenuhi dengan warna coklan dan krem. Selain itu, lantai dan plafon kayu membuatnya terasa hangat, meski masing-masing ruang berukuran sangat besar.

Kini, ruangan tersebut menggunakan pencahayaan yang cukup modern, sofa-sofa nyaman berukuran besar, lengkap dengan bantal-bantal besar, serta memiliki rak buku berukuran juga cukup besar. Keluarga Taylor bahkan menemukan sebuah piano tua.

www.huffingtonpost.com Pada 1963, keluarga Taylor membeli rumah ini dan menjadikannya tempat tinggal pribadi. Selama bertahun-tahun, keluarga tersebut mengubah tampilan rumah ini sedikit demi sedikit.
Namun, meski tidak bisa digunakan, piano ini mampu menjadi pemanis di dalam rumah. Barang-barang ini tidak hanya membuatnya nyaman ditempati, namun juga membuat akustik ruangan menjadi baik. Padahal, sebelum dibenahi oleh keluarga Taylor, ada banyak lubang menganga di plafon rumah tersebut. Burung-burung hantu pun pernah bersarang di sana.
 
Seluruh bagian rumah ini kemudian bisa ditempati. Keluarga Taylor pun mulai tinggal di lantai teratas.

Suatu hari, menurut cerita Leah Taylor, pada Minggu pagi, seluruh keluarga Taylor tidur bersama di ruang besar. Tiba-tiba, mereka semua mendengar ada orang berteriak, "Ini Minggu pagi!"

Sejak saat itu, keluarga ini sering mendengar suara-suara yang tidak jelas asal-usulnya.

"Kadang-kadang ada suara gaduh pesta, dan riuh orang berbicara dengan sangat jelas bersamaan. Lain waktu, ada pula suara anak-anak tertawa, atau suara langkah kaki," tuturnya.

 
Suara-suara ini belum cukup membuat keluarga Taylor angkat kaki dari rumah tersebut. Pasalnya, kenyamanan yang ditawarkan rumah ini tidak sebanding dengan kemunculan suara-suara tersebut.

Rumah ini memiliki jendela-jendela berukuran besar yang mampu menyelinapkan sinar matahari hangat ke dalamnya. Sinar ini tampak cantik terpantul permukaan lantai kayu dan berbagai furnitur kayu.

Namun, Leah Taylor kemudian mengaku bahwa dia juga pernah melihat sosok anak perempuan kecil melayang tiga kaki di atas lantai. Dia memiliki rambut sepanjang bahu dan aura putih. Bahkan, dengan kenyataan seperti ini pun tidak ada satu anggota keluarga Taylor pun yang berniat pindah.


"Hal ini tidak pernah mengganggu saya, dan saya juga tidak berpikir bahwa hal tersebut mengganggu orang tua saya. Saya suka tinggal di sini, saya tidak percaya ada tempat seperti ini lagi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau