Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masa Depan Depok Ada di Sawangan

Kompas.com - 14/09/2013, 15:42 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com — Perkembangan Depok terkini adalah pembangunan sektor properti yang terjadi secara sporadis, tidak terencana dengan matang dan nirpedoman baku (guideline). Banyak titik tertentu yang seharusnya merupakan daerah resapan, disulap menjadi kawasan permukiman dan komersial.
"Depok tidak pintar memanfaatkan potensinya. Tidak ada grand design yang menjadi penuntun arah perkembangan kota ke depan. Saat ini, pembangunan berjalan sporadis apa adanya, mengikuti dinamika dan mekanisme pasar," kata Staf Pengajar Tata Ruang Departemen Geografi, F-MIPA, Universitas Indonesia, Tarsoen Wiryono kepada Kompas.com, Jumat (13/9/2013). 

Maraknya pembangunan town house dan perumahan-perumahan dalam konsep cluster  berukuran kecil, ujar Tarsoen, mulai dikhawatirkan menciptakan masalah baru. Kehadirannya menggerus area-area hijau tempat akumulasi air berada.

Namun demikian, Tarsoen tak menampik bahwa Depok telah lama menjadi kawasan permukiman. "Selama keberadaan sarana permukiman tersebut tidak melanggar aturan dan ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,  maka tidak masalah. Apalagi melengkapinya dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), produksi air bersih sendiri, dan 30 persen ruang terbuka hijau," imbuh Tarsoen.

Ia menyarankan Pemerintah Kota Depok agar secepatnya membuat grand design untuk kawasan-kawasan perkembangan baru yang berpotensi meningkatkan daya ekonomi sehingga tercipta sentra-sentra atau basis ekonomi baru. Dengan begitu, pusat aktivitas bisnis sebagai sentra kemacetan yang selama ini teraglomerasi di Jalan Raya Margonda dapat tersebar merata.

Menurut Tarsoen, kawasan perkembangan baru tersebut berorientasi ke arah Selatan, terutama Sawangan. Kawasan ini terkoneksi dengan Parung dan Leuwiliang (Bogor) serta Serpong (Tangerang Selatan) dengan keunggulan masing-masing yang bisa dijalin secara sinergis. Aksesibilitasnya pun mudah dan memadai. Ketiganya terkoneksi dengan jalan utama dan lingkungan dengan kualitas baik.

"Sawangan berpotensi menjadi kawasan terbuka, yang menghubungkan Depok kota dengan ketiga kawasan tersebut. Betapa prospek ke depannya akan sangat cerah sekaligus dapat mengurangi beban kota yang terpusat di Jalan Raya Margonda. Lahan kosong nonproduktif masih tersedia luas dan bisa dimanfaatkan sebagai permukiman sekaligus komersial," tandasnya.

Jika Depok mampu memanfaatkan peluang tersebut, maka Sawangan akan tampil sebagai kekuatan ekonomi baru. Harga lahannya masih relatif lebih murah yakni sekitar Rp 750.000 hingga Rp 2,5 juta per meter persegi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau