Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Mural, Pesan Damai Berkumandang dari Turki

Kompas.com - 12/09/2013, 15:54 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com — Dengan bantuan menantu laki-lakinya, Huseyin Centinel (64) mewarnai salah satu jalan umum di Istanbul, Turki, dengan berbagai warna pelangi. Jalan umum berupa tangga tersebut berada di pusat distrik Beyoglu yang menghubungkan antara Findikli dan Cihangir.

Tangga-tangga umum semacam itu banyak terdapat di Istanbul dan dikenal sebagai kota "tujuh bukit".  Namun, Centinel dan menantunya membuat tangga tampil istimewa dengan memoles 40 kg cat ke permukaan 145 rise (sisi berdiri) anak tangga pada 26 Agustus 2013 lalu.

Menurut pengakuannya pada media berita lokal www.everywheretaksim.net, Centinel hanya memiliki alasan sederhana di balik tindakannya mewarnai tangga ini.

http://thelede.blogs.nytimes.com Hanya dalam empat hari, aksi yang dilakukan Centinel menyebar lewat media sosial. Centinel dianggap sebagai pahlawan bagi komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender atau LGBT. Warna-warni yang dia bubuhkan pada tangga, oleh sebagian orang dianggap sebagai gerakan pro pada komunitas LGBT setempat
"Saya tidak melakukannya untuk sebuah kelompok atau sebagai bentuk aktivisme. Saya melakukannya untuk membuat orang tersenyum," ujar Centinel.

Pensiunan tersebut pada awalnya hanya ingin membuat lingkungan tempatnya tinggal lebih cantik. Namun, aksinya ini justru memicu hal yang lebih besar.

Hanya dalam empat hari, aksi yang dilakukan Centinel menyebar lewat media sosial. Centinel dianggap sebagai pahlawan bagi komunitas LGBT.

Warna-warni yang dia bubuhkan pada tangga, oleh sebagian orang dianggap sebagai gerakan pro pada komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transjender (LGBT) setempat. Tangga tersebut juga menjadi daya tarik bagi turis yang berkunjung ke Istanbul. Tangga ini kerap digunakan oleh pasangan pengantin baru untuk mengabadikan momen sebelum pernikahan, bahkan digunakan pula oleh para model profesional.

http://thelede.blogs.nytimes.com Kaum muda Turki berasumsi bahwa proyek yang dilakukan Centinel ini berkorelasi dengan gerakan kesamaan hak. Tindakan sederhana seperti mengecat rise anak tangga tersebut dianggap sebagai salah satu cara melambangkan solidaritas, sekaligus sebagai penyampaian pesan dengan damai.
Kaum muda Turki berasumsi bahwa proyek yang dilakukan Centinel ini berkorelasi dengan gerakan kesamaan hak. Tindakan sederhana seperti mengecat rise anak tangga tersebut dianggap sebagai salah satu cara melambangkan solidaritas, sekaligus sebagai penyampaian pesan dengan damai.

Sayangnya, pada Jumat (30/8/2013) pagi, penduduk setempat mendapati hasil karya Centinel sudah ditutup kembali oleh cat abu-abu. Lewat akun Twitter, Gubernur Ahmet Misbah Demircan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang tengah berkuasa, mengakui bahwa pihak berwajib terpaksa mewarnai kembali tangga tersebut menyusul keluhan dari penduduk lokal lainnya. Sepak terjang pemerintah setempat tidak diterima begitu saja oleh Centinel.

"Apa mereka menuduh saya mengganggu ketertiban umum? Kami adalah warga. Tangga ini tangga kami," ujar Centinel.

Seorang pengguna Twitter bahkan menyatakan, "Pemerintah Turki pada awalnya melawan 'merah' (Gerakan Komunis), lalu 'hijau' (Gerakan Islamis). Apakah sekarang Pemerintah Turki melawan semua warna?".

http://thelede.blogs.nytimes.com Kaum muda Turki berasumsi bahwa proyek yang dilakukan Centinel ini berkorelasi dengan gerakan kesamaan hak. Tindakan sederhana seperti mengecat rise anak tangga tersebut dianggap sebagai salah satu cara melambangkan solidaritas, sekaligus sebagai penyampaian pesan dengan damai.
Kaum muda, terdidik, dan simpatisan aliran liberal Turki memandang apa yang dilakukan oleh pemerintah dengan mengecat kembali tangga tersebut adalah bentuk tendensi otokrasi pemimpin, terutama Partai Islamis Keadilan dan Pembangunan. Menurut mereka, tindakan ini merupakan tanda-tanda ketidaktoleransian pemerintah dan kurangnya rasa penghargaan pada  warna untuk "mengklaim" ruang publiknya.

Buntutnya, mereka kemudian melancarkan "serangan" lewat media sosial dengan membubuhkan #DirenMerdiven atau TanggaMelawan. Ungkapan ini dihubungkan juga pada protes yang dilakukan pada Juni lalu melawan keputusan pemerintah membangun pusat perbelanjaan di taman kota Gezi Park. Saat itu, mereka yang menolak keputusan pemerintah membubuhkan #DirenGeziPark pada posting-an Twitter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau