Ali mengatakan, pelaku pasar properti segmen menengah atas seharusnya telah mulai berpikir untuk mengkalkulasi ulang bisnis propertinya khususnya untuk proyek-proyek yang menggunakan material luar negeri akibat merosotnya nilai rupiah. Kehati-hatian pelaku pasar turut dipertaruhkan agar jangan sampai terjadi proyek macet dan berimbas pada kredit macet perbankan.
"Di sisi lain pasar properti segmen menengah pun relatif akan melambat dengan menurunnya daya beli akibat meningkatnya BI Rate. Diperkirakan Bank Indonesia pun akan kembali menaikkan BI Rate-nya pada semester kedua tahun ini dan secara langsung akan menaikan suku bunga KPR sehingga pasar pun relatif semakin terbatas," kata Ali.
Ali menambahkan, pasar properti kelas menengah sampai atas juga akan dihadapkan terhadap batasan aturan baru Loan to Value dari Bank Indonesia yang mulai diberlakukan pada 1 September 2013. Hal ini juga akan turut berdampak terhadap penundaan atau pembatalan rencana pembelian properti oleh konsumen, khususnya di kelas menengah sampai atas.
Tahun waspada
Dia mengungkapkan, bila kondisi perekonomian berkelanjutan sampai triwulan keempat tahun ini, pasar properti diperkirakan akan anjlok lebih dari perkiraan semula. Minimal, kata Ali, akan terjadi penurunan pertumbuhan 25 persen di 2014 dan merupakan "tahun waspada pasar properti".
"Kondisi politik 2014 saat ini relatif agak berbeda dengan iklim pemilu sebelumnmya dan diperkirakan lebih bergejolak dibandingkan pemilu yang lalu," kata Ali.
Dia mengatakan, kondisi tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan pasar properti nasional yang relatif akan berdampak merosotnya pasar properti lebih besar lagi. Namun demikian, Ali memperkirakan, pasar properti menengah bawah relatif masih bisa bertumbuh di 2014.
"Karena banyak pembelanjaan partai-partai yang dapat mendongkrak daya beli masyarakat meskipun dalam jangka waktu tertentu," katanya.
Dengan kondisi tersebut, Ali melanjutkan, melambatnya pasar properti saat ini juga dibarengi dengan kondisi-kondisi yang bisa memungkinkan pasar properti akan jatuh lebih rendah lagi. Namun, hal itu bukan semata karena pasar properti itu sendiri, melainkan akibat dampak bersamaan antara siklus properti yang sedang melambat dan tengah terpuruknya perekonomian nasional.
"Kita berharap perekonomian nasional dapat segera diatasi dengan baik sehingga siklus properti yang telah mengalami perlambatan saat ini tidak jatuh terlalu dalam lagi," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.