"Berat untuk bisa mencapai target pembiayaan rumah FLPP sekitar 120.000 unit suplai dari pengembang masih sedikit. Untuk itu kami berharap pengembang bisa menambah pasokan rumah FLPP," kata Direktur Keuangan BTN Saut Pardede seusai melepas peserta mudik BTN 2013 di Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Saut mengatakan, realisasi pembiayaan rumah FLPP hingga Juni 2013 ini hampir mencapai 40.000 unit dengan nilai sekitar Rp 3 triliun. Untuk mengejar target hingga akhir tahun sebanyak 120.000 unit, lanjut Saut, BTN akan merealisasikan pembiayaan rumah FLPP berapapun pasokan yang disiapkan pengembang.
"Tidak ada masalah, BTN siap. Berapapun pasokannya, kami siap menampungnya," kata Saut.
Di atas Rp 90 juta
Sementara itu, Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Setyo Maharso mengatakan, minimnya pasokan rumah FLPP dari pengembang karena masalah harga yang tidak sesuai. Saat ini, harga rumah FLPP sekitar Rp 88 juta, sementara harga rumah FLPP yang realistis menurut pengembang harus di atas Rp 90 juta.
"Mereka (pengembang) bukan dinas sosial, harus ada untung juga. Saat ini harga tanah sudah naik, tetapi harga rumah FLPP hanya Rp 88 juta. Nah, kenapa pasokan rumah FLPP sedikit, kendalanya memang pada harga," jelas Setyo.
Dia mengatakan, saat ini pengembang tetap melakukan pembangunan rumah bersubsidi yang harganya di atas Rp 90 juta. Rumah murah dengan patokan harga itu juga masih banyak diminati masyarakat.
Terkait kondisi makro ekonomi, Saut memprediksi tekanan terhadap rupiah dan naiknya inflasi akan membuat perbankan merubah target ekspansi kreditnya hingga akhir tahun ini. Terlebih jika Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya (BI Rate).
"Tentu situasi sekarang akan berdampak pada bisnis perbankan. Untuk bunga KPR khususnya rumah murah BTN tidak akan naikkan, yang naik hanya pada kredit komersial," katanya.
Sementara itu, Saut menambahkan, BTN saat ini lebih memilih mengurangi margin atau keuntungan dibandingkan harus menaikkan suku bunga kredit secara drastis. Kenaikan suku bunga kredit diyakini bisa menimbulkan masalah NPL (non performing loan) bagi perbankan.
"Jadi, daripada NPL yang naik, lebih baik kami kurangi marginnya," tambah Saut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.