Nah, ketika Ramadan tiba, kinerja hotel langganan mereka langsung "terjun bebas". Pasalnya, turis Timur Tengah tersebut memilih untuk lebih berkonsentrasi menjalankan ibadah di Bulan Suci dan menunda agenda liburannya.
Fenomena anjloknya tingkat hunian hotel mewah di Paris, menurut riset MKG Hospitality, sudah terjadi sejak tiga tahun lalu.
Pada tanggal 7 Juli 2013, tiga hari sebelum awal Ramadan, tingkat hunian turun 14 poin dibanding periode yang sama tahun lalu.Selain mengalami penurunan tingkat hunian, hotel-hotel mewah tersebut juga mencatat penurunan tarif harian rata-rata sekitar 9 persen selama seminggu sebelum Ramadan.
Pola wisata turis Timur Tengah memang mengikuti kalender Islam. Hal ini berpengaruh sangat signifikan terhadap kinerja tingkat hunian. Mereka tak hanya bermalam, juga membelanjakan uangnya untuk makanan, minuman dan pakaian mahal.
Wajar bila CEO MKG Group, Georges Panayotis berpendapat pasar Muslim adalah sumber keuntungan (profit center) bagi hotel-hotel mewah tersebut. Ketika mereka pergi dan digantikan turis asal negara lain, maka keuntungan yang dapat dibukukan pun berkurang.
"Turis negara lain daya belinya lebih rendah ketimbang turis Timur Tengah. Kami berharap, mereka akan kembali lagi pada bulan Agustus ketika Hari Raya telah lewat," ujar Panayotis.